"Maaf, saya mau melanjutkan pekerjaan di dapur, Mas!" kata ibu kos.
Syukurlah. Satu orang sudah pergi. Setelah berhasil menemukan cela untuk memotong, "Maaf, Pak, saya mohon permisi dulu mau ke kamar. Tadi belum shalat subuh!"
"Lho.., ini sudah hampir jam delapan, Mas!"
"Iya.., he..he..!" Aku bergegas meninggalkan ruang tamu. 'Itu gara-gara kamu banyak omong!' batinku kesal, 'Bahkan perutku belum terisi apapun sejak semalam!'
Untuk ke kamar aku harus lewat gang kecil di samping rumah. Begitu membuka pintu kamar aku langsung melihat ranjang. Sprei dan sarung bantalnya cukup rapi. Aku menuju kamar mandi. Syukurlah lumayan bersih. Itu yang paling penting. Untuk urusan pintu yang agak susah dibuka, lantai yang tidak rata, dinding yang banyak coretan dan langit-langit kamar yang kecoklatan bekas bocor, tidak masalah.
Selesai dari kamar mandi dan ganti baju, aku langsung merebahkan diri di ranjang. Lupa sarapan dan lupa shalat. Lupa segalanya.
Aku terjaga karena terdengar ada suara memanggil-manggil di depan pintu. "Mas..!" Sepertinya suara bapak kos.
"Iya, Pak! Sebentar Pak!" Aku melirik arloji. Jam satu siang. Lama juga tidurku. Aku duduk di tepi ranjang beberapa saat untuk meredakan pusing. Biar saja orang tua itu menunggu.
Aku membuka pintu. "Maaf kecapekan saya, Pak!"
"Ha..ha..! Saya cuma pamit mau keluar!" kata bapak kos sambil menyodorkan sepiring kue dan segelas teh panas. Pantas saja dia tidak bisa mengetuk pintu. "Nanti paling sampai malam, Mas!"
"Ini apa kok repot-repot, Pak?" Padahal aku sudah sangat lapar.