Oleh: Tri Handoyo
Di Majapahit, di bawah raja terdapat sejumlah pimpinan daerah yang disebut Paduka Bhattara. Mereka umumnya merupakan saudara atau kerabat raja yang bertugas mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pemegang komando pertahanan di wilayahnya masing-masing.
Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M), disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Lima daerah atau Propinsi menurut kiblat yaitu Utara, Timur, Selatan, Barat dan Pusat yang disebut Pancanegara, yang masing masing diperintah oleh juru Pangalasan atau Adipati yang bergelar Rakyan.
Di dalam pusat pemerintahan segala urusan menjadi tanggung jawab Patih Amangkubumi, kemudian Tumenggung, Rangga, Kanuruhan, Demang, dan selanjutnya Wateg (lurah).
Hari itu, puluhan pejabat tinggi kerajaan, para Rakyan, Kepala Prajurit Keamanan, Kepala Telik Sandibhaya, dan para Tumenggung, diminta hadir ke pendopo istana. Mereka yang biasanya terlihat gagah dan penuh wibawa, kini benar-benar tampil apa adanya. Tak pernah terduga sebelumnya, bahwa mereka harus menanggalkan segala atribut kebesaran, dan harus berkumpul pagi-pagi di pendopo agung. Itu merupakan pemandangan langka.
"Apa yang sedang terjadi?" celetuk seorang komandan pasukan.
"Saya juga gak tahu!" timpal sebelahnya, "Kok sepertinya kita sedang mau menerima hukuman?"
"Ya kita tunggu saja!" sahut yang lain singkat.
"Iya, tapi masak tiba-tiba semua pejabat tinggi dikumpulkan tanpa atribut kepangkatan hingga senjata keris pun harus ditanggalkan?"
"Ya kita lihat nanti! Serius, pasti ada sesuatu yang mendesak, yang tak lagi dapat ditunda!"