Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (6): Pindah Pusat Pemerintahan

8 Juni 2024   15:52 Diperbarui: 8 Juni 2024   16:34 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

"Jangan pernah sampai memasuki kawasan hutan Trowulan lewat petang hari!" pesan seorang kakek tua kepada Ki Gumilar, "Jika tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa kalian!"

Saat itu Ki Gumilar bersama sisa pasukan yang berjumlah 20 orang, sedang berusaha meloloskan diri dari pengejaran pasukan Gelang-gelang. Hal yang paling menyakitkan adalah mengetahui bahwa Ki Kecek, komandan pasukan di bawah pimpinan Raden Adharaja yang merupakan saudara ipar Raden Wijaya, ternyata telah berkhianat. Pasukan elit itu bergabung dengan pasukan Ki Guyang, salah satu andalan Sri Jayakatwang.

Ki Gumelar masih teringat pesan agar tidak memasuki hutan Trowulan lewat petang, tapi ia dan pasukannya harus memilih menyelamatkan diri dengan masuk hutan yang masih lebat itu. Tidak ada pilihan lain.

Kakek tua yang merupakan sesepuh kampung pinggiran hutan, berpesan lagi, "Tapi jika Kisanak nekad mau masuk, usahakan jangan pernah menyalahkan api! Semoga kalian selamat!"

Rupanya kakek itu tidak tahu jika ia sedang berhadapan dengan sisa-sisa pasukan khusus Singhasari.

"Kami biasa menjajaki pegunungan dan hutan!" timpal Warih, "Pada saat menjelang malam, kawasan seperti itu selalu dikurung kabut. Tentu saja kami sangat tahu itu!"

Ki Gumilar menendang kaki Warih, sebagai isyarat agar wakilnya itu menutup mulut. "Maaf Ki Sepuh, apa yang akan terjadi jika kami menyalakan api?"

"Konon, penunggu hutan ini adalah sosok dewi berwujud perempuan berbadan ular naga!" jawab sesepuh itu sedikit was-was, "Penampakannya kepada beberapa pemburu sering diawali dengan munculnya gumpalan kabut. Nah dia akan mencelakakan siapa pun yang menyalakan api di dalam hutan."

Ki Gumilar tidak begitu peduli dengan mitos tersebut, betapa pun cerita itu telah begitu melekat dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. "Terima kasih sudah bersedia mengingatkan kami!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun