Wijaya dengan sungguh-sungguh berusaha mengambil hati raja dan menunjukkan sikap penuh pengabdian. Setelah berhasil mendapatkan kepercayaan raja, ia kemudian memberanikan diri meminta tempat untuk keluarganya bermukim.
Wijaya tidak memiliki darah keturunan Raja Singhasari, sehingga dia dianggap tidak membahayakan kekuasaan Jayakatwang, maka Raja Daha itu pun mengabulkan permintaannya. Siasat itu benar-benar membuahkan hasil.
Wijaya mendapatkan hadiah sebuah wilayah di Tarik, berupa hutan belantara, yang dulunya dibuat sebagai tempat berburu bagi para bangsawan Daha. Di sana dia mendapat bantuan dari Ranggalawe, putra Aria Wiraraja, yang membawa orang-orang Madura untuk membuka lahan.
Daerah Tarik sebetulnya adalah wilayah yang kurang subur untuk bercocok tanam. Di wilayah itu banyak ditumbuhi pohon Maja yang rasanya pahit dan daunnya berduri. Oleh karena itu wilayah tersebut kemudian dinamakan Majapahit.
Buah Maja yang pahit menjadi simbol penderitaan, kesengsaraan dan kepahitan akan sebuah perjuangan hidup. Hanya dalam hitungan bulan, Wijaya secara diam-diam mulai menghimpun kembali sisa-sisa kekuatan Singhasari.
Wijaya diangkat menjadi pemimpin oleh sisa-sisa rakyat Tumapel. Kumpulan orang-orang yang memendam sakit hati kepada Jayakatwang itu menggantungkan harapan besar kepada Wijaya. Tarik kini menjadi basis kekuatan utama kaum pemberontak, yang menamakan diri mereka Laskar Majapahit.
Demikianlah yang terkisah dalam Kitab Pararaton. Sementara nama cikal bakal kerajaan Prabu Wijaya itu dalam bahasa sansekerta disebut Wilwatikta, yang juga memiliki arti sama, yakni Majapahit.
***
Di saat-saat malam, Wijaya selalu menyempatkan diri untuk melakukan meditasi, demi untuk meningkatkan kemampuan spiritualnya. Ia memiliki tempat khusus yang terpencil di tengah hutan, di mana ia melakukan pertemuan rahasia dengan seorang pertapa yang rahasia pula.
"Pengetahuan paling mendasar," tutur guru spiritual itu, "Yaitu kemampuan pertahanan alami manusia, yang telah mengalami seleksi alam selama ratusan ribu tahun, dan menjadikan manusia sebagai makhluk paling unggul di muka bumi!"
Suasana begitu hening. Langit di atas cukup cerah. Angin seolah beristirahat, tapi kabut dingin masih setia menyelimuti sejak gelap mendekap wilayah itu.