Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Tengah Malam

23 Mei 2024   09:54 Diperbarui: 12 Juni 2024   09:36 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Si suami melontarkan pertanyaan dengan mimik muka khawatir, "Ibu dan gadis kecil?"

"Eh.., em..maaf, mungkin penglihatan saya yang salah. Saya mau permisi dulu!" saya segera melangkah pergi, meninggalkan kedua orang yang tampak keheranan dengan sikapku.

***

Sejak rumah sebelah dihuni penyewa, kejadian aneh mulai timbul. Terutama di malam hari. Di tengah malam yang sunyi dan saat kegelapan dikuak oleh sinar rembulan, tangisan misterius dari rumah sebelah terdengar. Hadir tepat di atas jam dua belas. Suaranya lirih memilukan. Seakan-akan permintaan belas kasihan.

Karena didorong oleh rasa penasaran yang memuncak, keesokan hari aku berniat bertamu ke tetangga baru. Mungkin anaknya sakit.  Siapa tahu ada bantuan yang bisa aku berikan.

Saat masih pagi, aku sudah tiga kali mondar-mandir di depan rumah yang pintunya masih tertutup rapat. Bertanya-tanya dalam hati, sudah seminggu kenapa tanaman liar yang menyemak di halaman, dan bahkan ada yang menjalari pagar belum juga dibersihkan. Yang lebih janggal lagi, papan triplek tulisan "Dikontrakan", masih saja dibiarkan tergantung di pintu pagar.

Lelah berharap pintu rumah terbuka, akhirnya kuputuskan untuk membuka pagar dan mengetuk pintu. Namun aku dikejutkan oleh sebuah gembok yang dipasang dari luar. Artinya penghuninya sedang tidak berada di dalam rumah.

Baiklah. Batal bertamu, aku pergi cari sarapan di warung langganan, di ujung jalan. Semua kejadian pasti sudah ditetapkan oleh yang maha kuasa. Benar-benar diluar rencana, aku bertemu lelaki tetangga baru yang menyewa rumah sebelah tempat kos.

"Kami putuskan pindah, Mas!" ujarnya ketika aku menyampaikan niatku untuk bertamu tadi pagi. "Ya sejak mas bilang melihat ibu dan seorang gadis kecil!"

"Lho memangnya kenapa, Mas?" tanyaku merasa heran.

"Ibu dan gadis itu yang juga pernah dilihat istriku di kamar belakang, tapi kemudian lenyap. Hanya suara lagu yang dinyanyikannya masih terdengar sayup-sayup menjauh. Pernah juga di tengah malam aku mendengar suara orang menangis di kamar mandi, tapi waktu aku dorong pintunya ternyata kosong. Tiba-tiba ada perempuan muncul di dapur, terus berjalan menuju tempat jemuran dan menghilang di kegekapan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun