Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Lipstik

20 Mei 2024   08:47 Diperbarui: 9 Juni 2024   22:06 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Karena kami yang datang lebih duluan, dengan santun si ketua rombongan sampai minta ijin sebelum mendirikan tenda, yang bertetangga dengan tenda kami. Etika pegunungan yang di kota besar pun sudah mendekati luntur.

Merupakan hiburan tersendiri dan melengkapi kebahagiaan, ketika lewat rombongan gadis-gadis yang mau turun ke sungai dan harus melewati tenda kami. Betapa indahnya hidup ini!

Selepas isya', anak-anak pecinta alam itu menyalahkan api unggun dan duduk membuat lingkaran. Kami pun tidak mau kalah, juga mengelilingi api unggun kecil sambil mengalunkan lagu-lagu hit masa itu.

"Sepertinya mereka ikut menyimak lagu-lagu kita!" celetuk Tejo.

Benar juga. Mereka yang berjumlah jauh lebih banyak tapi malah terdengar sunyi. Suara gitar di tanganku membahana menyibak keheningan hutan. Farid yang suaranya paling bagus semakin bersemangat. Bayu dan Aryo ambil posisi backing vokal. Tejo yang suaranya fals lebih memilih memukul perkusi, botol, panci dan wajan, menjadi sasaran pukulan sendoknya. Luluh lantaklah kesunyian, bertekuk lutut di hadapan para musisi dadakan yang penuh ambisi.

Sang ketua rombongan pecinta alam, ditemani seorang kawannya tampak berjalan mendatangi tempat kami. "Selamat malam, Mas! Ini tadi teman-teman bakar jagung. Maaf cuma lima!" Mereka bersikap seolah-olah kami lebih senior, hanya karena kami lebih dulu menempati bumi perkemahan itu. Padahal hanya selisih satu jam.

"Wah terima kasih banyak, Mas!" jawab Tejo menyambut cepat pemberian itu.

"Terima kasih, Mas!" ulangku, bingung karena tidak punya sesuatu untuk membalas rasa persahabatan mereka.

"Oh iya, nanti kami mau naik ke Welirang, barangkali ada yang mau gabung? Nanti start tepat jam dua belas, perkiraan sampai puncak pas matahari terbit! Biar bisa menyaksikan sunrise!"

"Wah saya mau!" sahutku sambil melihat reaksi timku.

"Kalau naik gunung aku tidak siap!" timpal Aryo, "Aku tak nunggu tenda saja!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun