"Sang Nabi yang mulia diutus untuk menyempurnakan akhlak, Nak," jawab bunda lembut.
"Bagaimana akhlak yang mulia itu, Bun?"
"Nabi berkata jika kamu mencintai orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Nak, itulah yang menjadikan beliau sebagai rahmat bagi alam semesta!"
"Dan tidaklah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali menjadi rahmat bagi alam semesta" (QS. Al Anbiya 107)
Seraut wajah yang dahaga akan pengetahuan itu kembali bertanya, "Bun, kenapa sepertinya menyerukan kepada orang lain untuk beriman lebih penting dibanding memberikan cinta, sehingga ketika seruan itu diabaikan, mereka lantas membalas dengan membenci dan mencaci-maki?"
Dengan sabar bunda berujar, "Hampir semua ayat yang menyebut tentang iman, selalu diikuti perintah berbuat baik. Islam menegaskan tidak akan mengakui keimanan seseorang jika tidak berbuat baik bagi sesamanya. Itulah kenapa orang yang dianggap paling baik adalah orang yang paling banyak bermanfaat bagi sesamanya!"
"Jadi, mencintai orang lain harus didahulukan ketimbang menyerukan kepada orang agar beriman ya, Bun?"
"Anak pintar. Betul sekali, Sayang!"
"Kalau seandainya Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua manusia di bumi. Maka apakah engkau (Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi beriman semua?" (QS. Yunus 99)
"Menunjukan pada dunia akan kemuliaan ajaran Islam, akan membuat manusia tertarik kepada Islam," pungkas bunda.
Di pucuk pohon cinta, ulat muda dan bunda kupu-kupu menatap senja, yang merayap meninggalkan mayapada.