Sambung Krisna, "Keserakahan, keangkuhan, ambisi, gila hormat, telah mengalahkan keutamaan jiwa anda. Lalu memilih keduniawian yang fana, membutakan terhadap yang baka, tanpa memikirkan kepentingan masyarakat luas!"
Begawan Durna menyadari atas dosa dan kesalahannya. Ia mengurungkan menggunakan senjatanya. Ia meminta maaf kepada Krisna dan bersiap untuk gugur di medan laga sebagai tebusan atas dosa-dosanya.
Krisna dengan bijaksana memberi maaf kepada Durna, dan Ia mengembalikan perputaran dunia bergerak kembali.
Pada saat bersamaan, Drestajumna, anak Prabu Drupada mengayunkan pedang memenggal kepala Durna, sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Durna tewas. Sebagai begawan yang sangat brillian, gara-gara gila hormat, telah merubah karakternya menjadi politisi jahat. Dalam meraih tujuan, ia menghalalkan segala cara, tidak segan-segan berlaku curang, menjadi irrasional, sangat subyektif, dan sanggup melanggar prinsip-prinsip yang pernah diajarkannya sendiri.
Kelak di sepanjang jaman, di samping Sengkuni, Durna juga dikenang sebagai sosok yang jahat dan berbahaya bagi kehidupan umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H