Setelah gajah itu mati, pasukan Pandawa diperintahkan untuk secara bersautan meneriakan bahwa Aswatama sudah mati.
Rasa cinta yang sangat besar kepada anak semata wayangnya yang bernama Aswatama itulah titik kelemahan Durna.
Di tengah hiruk-pikuk suasana perang, Begawan Durna mengira bahwa yang mati adalah Aswatama putranya. Hal tersebut membuat ia terpukul dan kehilangan semangat tempur.
Durna mencari Yudistira untuk memastikan kebenaran berita itu, karena selama hidupnya Yudistira dikenal tidak pernah berbohong.
Sebelumnya Krisna sudah membaca reaksi Durna, sehingga ia lalu menganjurkan Yudistira agar mau berbohong sekali saja demi mencegah jatuhnya banyak korban apabila Durna nanti murka.
Yudistira sebetulnya menolak melakukan itu, tapi terlanjur Begawan Durna sudah berada tepat di depannya.
Tanya Begawan Durna cemas, "Apa betul Aswatama telah mati?"
Yudistira menjawab, "Gajah Tama yang mati!" Kata Gajah diucapkan lirih.
Begawan Durna menangkap bahwa berita itu betul. Ia pun langsung mengeluarkan senjata Cundamanik andalannya, dan berniat menghancurkan seluruh prajurit Pandawa.
Namun di saat itu Krisna menghentikan perputaran dunia, dan menasehati Durna. "Perang besar Bharata Yuda ini adalah bagian dari kesalahan anda juga Resi Durna. Anda seharusnya mampu mencegah, tapi anda malah membela keangkaramurkaan dengan membabi buta."
Durna tertegun mendengar itu.