Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akibat Gila Hormat

16 Maret 2024   08:52 Diperbarui: 26 Juni 2024   18:45 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangkuni menangkap kecurigaan bahwa Durna akan berpihak kepada Pandawa, maka ia segera melancarkan taktik liciknya.

"Bila anda tidak berpihak kepada Kurawa," papar Sangkuni, "Prabu Duryodana pasti akan mencopot jabatan anda, kemudian menarik semua fasilitas yang selama ini anda nikmati. Malahan bisa juga menjatuhi anda dengan hukuman berat!"

Durna tercengang mendengar ancaman itu. Selama ini ia memang telah mendapat kedudukan dan kemakmuran atas kebaikan hati Duryodana. Aswatama, anaknya pun diangkat sebagai anggota keluarga Kurawa, sehingga banyak memperoleh fasilitas pula.
 
"Dan ingat!" sambung Sangkuni, "Bila anda berpihak kepada Kurawa, maka bonus besar pasti akan menanti!"

Tanpa berpikir panjang lagi, Durna yang memang gila hormat dan haus kekuasaan itu pun menyatakan bersedia mendukung Kurawa.

Seseorang bisa lupa diri jika sudah menyangkut kepentingan akan iming-iming harta dan jabatan  tinggi.

Resi Durna yang digambarkan bermata kriyipan (tajam licik), berhidung mungkal gerang seperti batu asah, bermulut gusen atau ketika tersenyum kelihatan gusinya, berdagu lancip, memang hidup dengan dada dipenuhi dendam kesumat akan masa lalunya.

Ia kemudian mendapatkan ide untuk melemahkan Pandawa. Bima, sebagai kekuatan utama Pandawa harus dimusnakan terlebih dahulu. Oleh karena itu Durna berpura-pura memberi tugas sebagai ilmu pamungkas kepada Bima, yang sebetulnya itu adalah upaya mengirim Bima menemui ajalnya.

Dalam perang Bharatayuda. Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, menggantikan kedudukan Bisma Dewabrata yang telah gugur.

Dengan jabatan tersebut Durna sangat disegani dan lebih dihormati ketimbang Sangkuni. Martabatnya sebagai panglima perang hanya setingkat di bawah Bisma.

Durna mempunyai dua pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan yang sudah ia hadiahkan kepada Arjuna karena memenangkan sayembara, berupa panah Sangkali.

Sebagai seorang resi, Durna gagal menolak godaan akan kemewahan dan kenikmatan duniawi. Di dalam perang Bharatayudha ia menghindari berhadapan dengan Pandawa, sebab hati kecilnya tahu bahwa murid-murid kesayangannya itulah pihak yang benar.
 
Krisna yang paham betul akan kekuatan sekaligus kelemahan Durna, memerintahkan Bima untuk melancarkan sebuah taktik, yakni membunuh gajah yang bernama Tama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun