Hati tidak dihijab oleh yang keluar darinya, tapi dihijab oleh yang memasukinya.
Artinya, potensi welas asih dan kasih sayang terhadap sesama sebenarnya sudah tertanam di dalam hati setiap manusia. Namun, potensi itu bisa sewaktu-waktu rusak ketika noktah-noktah hitam merasuk dan merusak hati manusia sekaligus merusak tatanan kehidupan yang penuh welas asih dan kasih sayang.Â
Saling menghormati dan menghargai keberagaman bukan lagi menjadi kode etik bangsa Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika-nya, tapi sudah menjadi kode etik manusia, di mana Yang Maha Kuasa menciptakan manusia dengan beragam bentuk fisik, asal-usul, dan karakteristik budaya.
Perubahan adalah satu-satunya konstanta, begitu kata Yuval Noah Harari. Kata Herakleitos, "Panta Rhei Kai Uden Menei"Â (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap). Selalu terjadi perubahan-perubahan di dunia ini. Perjuangan membangun Indonesia Raya juga senantiasa mengalami perubahan konteks. Namun, di antara berbagai perubahan tersebut, terus tanamkan dalam hari kita, bahwa Indonesia Raya akan terbangun jika kita menjadi sebuah keluarga besar yang harmonis, berjalan beriring dan berdampingan menuju masa depan emas Indonesia yang benar-benar Raya. Indonesia Raya akan semakin kokoh di tangan pribadi dengan jiwa merdeka yang mahardika.
Selama Ulang Tahun ke-75 Indonesiaku....
Indonesia Raya.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H