Mohon tunggu...
Lindawati
Lindawati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Setiap orang unik, Setiap orang istimewa, Setiap orang berharga, Jadilah diri sendiri :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stop Bullying

22 April 2024   10:41 Diperbarui: 22 April 2024   10:51 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman bullying memberikan dampak yang dirasakan korban seperti terjadinya risiko masalah psikis dalam rentang kehidupan dan fungsi sosial yang buruk (malu, tidak aman, kesepian, harga diri jauh menurun, menarik diri dari lingkungan sosial). Bahkan beberapa kasus depresi dan bunuh diri di Indonesia disebabkan oleh perundungan. Selain itu, korban bullying berpotensi mengalami hambatan dalam proses belajar di sekolah. Selanjutnya, dampak bullying seringkali dirasakan hingga korban berusia dewasa seperti sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta merasa gelisah mencoba sesuatu yang baru. Saat menghadapi situasi yang serupa dengan pengalaman bullying di masa lalu, korban mudah merasa khawatir dan ragu-ragu.

Penanganan Bullying

Masalah bullying perlu ditangani secara menyeluruh, baik pelaku maupun korban bullying. Sebaiknya pembimbingan untuk para pelaku bullying dilakukan sedini mungkin supaya dapat mengubah perilaku negatif mereka. Pada beberapa kasus, perhatian dan keterlibatan orang tua biasanya dirasakan sangat minim oleh pelaku bullying. Bahkan, pelaku bullying mengalami kekerasan atau menyaksikan kekerasan di rumah sebagai hal yang biasa. Mereka kurang mendapatkan pengawasan orang tua, pendisiplinan yang tepat, aturan tidak diterapkan secara konsisten dan tegas.

Sebagai pencegahan dan penanganan perilaku bullying, dukungan keluarga sangat berperan penting. Suasana perasaan, relasi antara orangtua dan anak perlu dibenahi. Kebutuhan kasih sayang anak perlu dipenuhi dengan diimbangi ketegasan yang konsisten dalam menerapkan aturan. Memberikan penghargaan untuk perilaku anak yang baik dan konsekuensi untuk perilaku yang buruk (Wirawan, 2013).

Para korban bullying perlu dibantu mengatasi pengalaman yang membuat mereka trauma akibat bullying. Peran keluarga dan lingkungan terdekat sangat dibutuhkan. Harga diri mereka perlu dibangun kembali secara positif dengan penerimaan dan penghargaan yang tulus dari lingkungan terdekat. Perasaan berharga merupakan dasar perkembangan rasa percaya diri. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang percaya diri dalam lingkungan sosial mampu menghadapi bullying. Sikap asertif (berkomunikasi dengan sikap tegas dan lugas) membuat mereka mampu bertahan dan melawan bullying, meskipun mereka mulanya dipandang sebagai anak yang lemah fisik. Untuk menghadapi bullying, mereka tidak perlu bertindak agresif secara fisik, tetapi mereka mampu bersikap untuk tidak menoleransi serangan. Dengan demikian, orang tua dapat membantu anak dengan mengembangkan keterampilan sosial dan melatih sikap asertif (Brooks, 2011).

Jika bullying terjadi di sekolah, orangtua dapat menghubungi sekolah untuk mengupayakan penanganan yang tepat. Sekolah harus melakukan pemantauan terhadap perilaku siswa. Penerapan disiplin positif di sekolah, yaitu suatu bentuk pendisiplinan murid tanpa menggunakan unsur kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Kekerasan dalam disiplin dinilai tidak efektif dan bisa menimbulkan efek jangka panjang pada anak (UNICEF, 2020). Adanya komitmen dari seluruh warga di sekolah untuk menciptakan atmosfer saling mengasihi, menjaga keharmonisan satu sama lain, sependapat bahwa perilaku bullying merupakan perilaku yang tidak dapat ditoleransi dan pelaku mendapatkan konsekuensi yang membuatnya jera. Sekolah juga perlu mengadakan pelatihan keterampilan sosial, diskusi terbuka mengenai bullying, serta komunikasi orangtua dan guru. 

 

Referensi:

Aranditio, S. (2024). Kasus Perundungan di Sekolah Meningkat Selama 2023. Diambil dari  https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/12/31/kasus-perundungan-di-sekolah-semakin-meningkat-pada-2023

Brooks, Jane B. (2011). The Process of Parenting. Eighth Edition. New York, NY: McGraw-Hill.

Zuckerman, D (2016). Bullying Harms Victims And Perpetrators of All Ages. Diambil dari  https://www.chausa.org/docs/default-source/health-progress/bullying-harms-victims-and-perpetrators-of-all-ages.pdf?sfvrsn=2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun