Kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, genetik, temperamen, lingkungan terdekat, atau masalah lainnya. Penelitian pada keluarga menyatakan bahwa orangtua yang pencemas berisiko mempunyai anak yang pencemas.
Anak yang memiliki temperamen cenderung sangat waspada terhadap lingkungan, mudah gelisah, atau menarik diri yang berlebihan dari situasi asing berisiko tinggi mengembangkan kecemasan.
Lingkungan juga berkontribusi dalam perkembangan kecemasan. Keluarga adalah lingkungan yang terdekat dengan anak. Sejak kecil anak mengamati perilaku orang-orang terdekat ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan.
Pada saat mengalami situasi yang serupa, anak meniru perilaku yang sering dilihatnya. Pola pengasuhan yang sangat protektif juga dapat menumbuhkan kecemasan. Anak menganggap lingkungan sekitar tidak aman dan mudah membayangkan hal terburuk.
Adanya harapan atau tuntutan yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan anak secara langsung membuat anak merasa cemas dan khawatir bahwa dirinya tidak melakukan dengan baik.
Selain itu, kritikan dan penilaian negatif yang diberikan secara intens akan mengakibatkan kecemasan pada anak.
Bagaimana menghadapi anak yang merasa cemas?
Tips-tips berikut dapat dilakukan orangtua atau orang dewasa terdekat. Hal ini bertujuan agar anak belajar mengatur emosinya dan mengembangkan perilaku yang sesuai.
Pertama, orangtua atau orang dewasa terdekat merupakan teladan bagi anak untuk belajar mengekspresikan dan mengelola emosinya. Sebaiknya orangtua bersikap tenang dan menentramkan saat berinteraksi dengan anak yang sedang cemas, takut, atau khawatir.
Kedua, anak dapat dibimbing untuk memahami emosi yang dirasakan, penyebab, dan tanda yang terjadi pada dirinya.
Misalnya, orangtua menyampaikan dengan kata-kata sederhana untuk anak-anak usia 5 tahun "Tadi Moni menangis karena takut", "Moni takut didekati anjing kepunyaan Mimi", "Moni jadi deg-degan dan gemetar", Â Â