Cemas, takut, dan khawatir
Takut adalah suatu reaksi langsung terhadap ancaman (berupa situasi, objek) yang ditandai dengan respons melawan (fight), lari (flight), atau diam (freeze).
Contoh: Anak berusia 2 tahun takut ketika didekati barongsai, maka ia segera berlari kencang ke arah orangtuanya. Cemas merupakan suatu kondisi emosi negatif yang kuat dan berorientasi masa depan seperti bahaya, kejadian buruk, serta kemalangan yang mungkin akan terjadi.
Sedangkan khawatir adalah pikiran yang mengganggu dan sulit dikendalikan mengenai akibat negatif yang mungkin terjadi (Wicks-Nelson & Israel, 2015). Jadi khawatir merupakan bagian kognitif dari cemas.
Apa gejala yang muncul saat kita merasa cemas?
Gejala yang menyertai emosi cemas atau takut bervariasi. Mash & Wolfe (2005) mengelompokkan tiga gejala kecemasan, yaitu fisik (detak jantung meningkat, pusing, sesak napas, berkeringat, mual, otot tegang, mulut kering, atau lainnya), kognitif (sulit konsentrasi, pelupa, berpikir tidak mampu melakukan sesuatu), dan perilaku (menangis, berteriak, gagap, menggigit kuku).
Gejala tersebut dapat muncul bersamaan dalam suatu situasi. Misalnya, anak merasa mual dan menangis saat merasa cemas akan berangkat sekolah
Ada beberapa gangguan kecemasan yang dapat terjadi pada usia anak-anak. Namun saya menyampaikan dua gangguan kecemasan yang paling umum terjadi pada masa anak-anak, yaitu:
(1) kecemasan berlebihan terpisah dari pengasuh utama dan/atau jauh dari rumah yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak, diperkirakan berkisar antara 3% hingga 12% dari jumlah anak;
(2) kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak dapat dikendalikan terhadap sejumlah kejadian atau aktivitas (tidak spesifik pada suatu situasi), diperkirakan sekitar 2% hingga 14% dari jumlah anak (Wicks-Nelson & Israel, 2015).
Mengapa gangguan kecemasan dapat terjadi pada anak?