Kecemasan menjadi masalah yang serius apabila anak mengalami emosi cemas, takut, atau khawatir dengan intensitas yang berlebihan dan tidak dapat dikendalikan sehingga mengganggu fungsi dan aktivitas anak sehari-hari.
Gangguan kecemasan merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum pada anak dan remaja.
Perkiraan jumlah kasus sangat bervariasi antara 2.5% hingga 5% (Wicks-Nelson & Israel, 2015). Meskipun umum terjadi, masalah ini tidak dikenali lebih dini sehingga anak tidak mendapatkan bantuan yang memadai.
Hal ini disebabkan ketakutan dan kecemasan seringkali muncul dengan gejala yang tidak terlihat secara langsung (mis. anak mengeluh mual), sehingga dianggap sebagai masalah fisik. Â Â Â
Saya pernah bertemu dengan Momo (nama samaran) yang berusia 8 tahun. Momo mempunyai prestasi akademik yang baik di sekolahnya. Ia juga anak yang sopan, penurut, dan tepat waktu.
Namun hampir setiap hari, Momo merasa mual dan ingin muntah khususnya dalam perjalanan ke sekolah. Ia juga kurang nafsu makan sarapan yang disediakan.
Setiba di sekolah, ia enggan turun dari mobil dan merasa berat melangkahkan kaki menuju kelas. Hal ini terjadi sejak Momo masuk sekolah TK.
Masalah ini berlanjut dan berkembang di Sekolah Dasar. Pada hari-hari menjelang pelajaran atau aktivitas tertentu, ia merasa gelisah sehingga tidak dapat tidur malam dengan nyenyak. Misalnya, pelajaran olah raga atau evaluasi materi ujian di sekolah.
Bahkan, ia juga seringkali menolak untuk mengikuti kegiatan studi lapangan yang diadakan sekolah. Momo lebih nyaman beraktivitas di rumah daripada di luar rumah.
Orangtua sudah berusaha memeriksakan Momo ke dokter terkait keluhan mual dan muntah. Namun dokter tidak menemukan masalah fisik yang serius pada Momo.
Masalah yang dialami Momo menunjukkan bahwa kecemasan telah mengganggu aktivitas makan, tidur, dan fungsi sosial dalam jangka waktu yang lama. Â Â