Mohon tunggu...
Tri Cahaya
Tri Cahaya Mohon Tunggu... Lainnya - Nama lengkap Tri Nor Cahyowati umur 20 tahun.

Perkenalkan nama saya adalah Tri Nor Cahyowati bisa dipanggil Tri, saya anak ke 3 dari 3 bersaudara. Motivasi dalam menulis adalah ingin memperdalam ilmu penulisan juga ingin berbagi informasi yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Istriku Bocah SMA

23 Januari 2022   20:42 Diperbarui: 24 Januari 2022   07:44 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istriku Bocah SMA/joylada/kbm/cahayawati

Freya, seorang gadis sederhana berumur 18 tahun.  kulitnya hitam manis, rambutnya lurus, memiliki satu lesung pipi, manis dan juga sangat pintar. Anak semata wayang dari pasangan Pak Yanto dan Bu  Inah.

Gadis manis ini tinggal di daerah pantai Parangtritis. Setiap sepulang sekolah, Freya selalu membantu ibunya menjual aksesoris dan berbagai makanan ringan dengan berkeliling mengendarai sepedanya di daerah pantai.

Hari Minggu ini Freya membantu ibunya berjualan dari pagi hingga senja. Tepat pukul 18.30 waktu setempat, kedua orangtua Freya mengajaknya makan diluar. Walaupun hanya makan malam di warung lesehan sederhana Freya nampak sangat bahagia.

"Tumben-tumbenan Bapak sama Ibuk ngajak makan diluar?" tanya Freya.

"Kamu lupa ya Fey?" kata Bu Inah balik bertanya.

Freya hanya mengerutkan keningnya dan menggeleng kepala tak mengerti maksud perkataan ibunya.

"Lupa apa buk?" tanya Freya benar-benar belum mengerti.

"Hari ini kan tepat kamu berusia 18 tahun," balas Bu Inah.

Freya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, matanya membulat sempurna. Ia tak menyangka bapak dan ibunya mengingat tanggal ulang tahunnya.

Bapak mencium kening Freya dengan lembut.

"Selamat ulang tahun ya Nak, maafin Bapak dan Ibuk belum bisa bahagian kamu."

Freya memeluknya erat Bapaknya, bulir-bulir bening yang ditahannya sedaritadi mengalir di pipi tirusnya. "Freya bahagia kok pak, Freya bahagia hidup dengan Bapak dan Ibuk."

Mereka bertiga berpelukan dengan penuh haru dan kasih sayang.

"Pak, buk, pesanannya." Dua pelayan warung makan membawa 3 mangkok nasi goreng spesial lengkap dengan minumannya.

Dengan cekatan Freya menyapu sisa-sisa air mata dengan punggung tangannya.

"Ah ya makasih ya mas," balas pak Yanto sambil tersenyum ramah.

"Sekarang kita makan dulu ya." sambungnya.

Mereka bertiga makan dengan lahap dan wajah mereka tampak berseri oleh binar kebahagiaan. Keluarga Freya memang adalah keluarga yang sangat sederhana. Bahkan penghasilan orangtuanya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Freya terkenal cerdas hingga mendapatkan beasiswa dari SD hingga SMA.

"Sudah selesai ayo kita pulang." Ajak pak Yanto setelah membayar tagihan.

Mereka bertiga pulang menelusuri jalanan dengan riang. Mereka tidak memiliki motor ataupun mobil, yang mereka miliki hanyalah sebuah sepeda sederhana yang sering digunakan Freya untuk bersekolah. Freya menuntun sepeda miliknya agar bisa pulang bersama kedua orangtuanya.

"Naiki sepedanya Fey, nanti kamu capek kalau jalan bareng bapak sama ibuk," pints Bu Inah.

"Ibuk.... kan Fey pengen pulang sama bapak dan ibuk," tolak Freya dengan bibir yang sedikit dimajukan.

"Udah kamu naiki aja sepedanya biar h istirahat, lampu depan rumah nyalain biar nggak gelap," sahut bapak.

"Yaudah Freya pulang duluan, bapak sama ibuk hati-hati." akhirnya Freya nurut dan menaiki sepedanya.

Freya mulai perlahan menggoes sepedanya dengan senyum yang masih terlukis dibibirnya, mendahului orangtuanya yang jalan bergandengan. Pak Yanto dan Bu Inah hanya tersenyum, bahagia yang dirasakan keduanya melihat putrinya yang cerdas kini telah beranjak dewasa dan cantik. Apalagi dengan segudang prestasi membanggakan yang diakui oleh guru-guru disekolah.

tin! tin! tin!

Braak!

Freya yang bersepeda belum jauh dari tempat bapak dan ibunya langsung berhenti dan menoleh kebelakang. 

Dibuang sepedanya ke sembarang arah dan menghampiri bapak dan ibunya yang kini tengah terkapar di jalanan.

"Bapak! Ibuk !...." teriaknya.

Freya berlari dengan sekuat tenaganya dan menghampiri bapak dan ibuknya yang tergeletak tak berdaya di pinggiran jalan raya. Keduanya tertabrak sebuah mobil sport berwarna gold. Aspal hitam pun berwarna kemerahan dipenuhi oleh darah pak Yanto dan Bu Inah. Orang-orang sekitar berkemerumun untuk segera memberikan pertolongan. Pandangan Freya kabur dan kemudian pingsan usai melihat wajah orangtuanya yang sudah bersimbah darah.

Orang-orang setempat pun menolong Freya dengan membopong tubuhnya ke sebuah rumah warga yang tak jauh dari lokasi kejadian. Beberapa menit kemudian polisi datang dan mengamankan pengendara mobil.

Sedangkan kedua orangtua Freya di evakuasi ke rumah sakit terdekat. Namun takdir berkata lain, nyawa Bu Inah tak dapat tertolong, dan meninggal diperjalanan menuju rumah sakit akibat kehilangan banyak darah. Pak Yanto sendiri kritis dan perlu penanganan khusus.

 

Freya menangis di depan ruangan ICU beruntung ada orang baik yang bersedia menjamin biaya perawatan bapaknya, jika tidak ia tak tahu harus membayar biaya perawatan medis dengan apa. Beberapa polisi datang dan meminta keterangan, dan juga beberapa tetangga pun turut menenangkan Freya.

Dylan Elvan Syahreza, lelaki berumur 25 tahun, pengendara sekaligus pemilik mobil. Dylan menabrak pak Yanto dan Bu Inah karena kelelahan dan mengantuk.

Tampan, macho, cool dengan tampilan yang keren dan menarik. Rambutnya panjang dan disisir rapi warnanya yang hitam mengkilap menambah ketampanan sang pemilik. Tubuhnya atletis dengan tinggi badan 215 cm menjadikannya dambaan bagi setiap wanita.

Datang ke Jogja dengan untuk berlibur dengan tempat tujuan pantai Parangtritis. Tidak disangka liburannya kali ini malah membuatnya harus berurusan dengan polisi, karena menabrak dua pejalan kaki dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Korbannya meninggal dunia dan kritis.

keesokan paginya kedua orangtua Dylan datang ke Jogja dan langsung menuju ke rumah sakit Bapak Freya dirawat. Mereka sangat iba dengan keadaan Freya, gadis mungil tampak lesu duduk sendirian di depan ruang ICU.

Berbicara sebentar dengan Freya, kemudian meminta izin perawat untuk menjenguk pasien. Setelah diizinkan keduanya masuk ke ruangan pak Yanto dengan pakaian yang disediakan dari rumah sakit.

Wajah pucat seperti tak ada darah yang mengalir, dan berbagai peralatan medis tertancap di tubuh pak Yanto. Bu Ayu menitikkan air matanya tak sanggup dengan pemandangan didepannya, dan teringat bagaimana kehidupan gadis muda setelah melihat keadaan sang Ayah.

"Ya Allah Pa kasihan gadis itu, ini semua karena ulah Dylan Pa," ujar Bu Ayu masih dengan tangisannya.

"Papa akan tanggung semua kebutuhan hidup gadis itu Ma," balas pak Lukman sembari mengelus punggung istrinya untuk menguatkannya.

Tangan pak Yanto bergerak pelan, matanya terbuka perlahan diedarkan pandangannya mencari-cari keberadaan anak dan istrinya. Pak Lukman sigap menekan bel perawat setelah melihat pak Yanto sadar.

"Pak, pak... sudah bangun," sapa pak Lukman yang dibalas dengan anggukan lemah dari pak Yanto.

"Dimana Fey dan istriku?" tanya pak Yanto dengan suara yang begitu pelan dan lemah.

"Dia diluar Pak dan istri Bapak....." belum selesai perkataan Bu Ayu seorang dokter dan beberapa perawat datang meminta Bu ayu dan pak Lukman keluar dari ruangan.

Diluar Bu Ayu tampak menenangkan Freya sedangkan Pak Lukman berdiri di depan pintu ICU dengan cemas. 

Freya tak banyak tanya dan bicara. Kepalanya hanya menunduk sesekali air matanya keluar dari kedua netranya. Freya hanya bisa banyak berdoa dalam hati, agar Bapaknya selamat. Ketakutan dan kesedihan menjalar di dalam hatinya, bagaimana tidak ia baru saja kehilangan Ibuknya dan kini sang Bapak masih dalam kondisi yang kritis.

Kembali air mata Freya menetes meski sudah sekuat mungkin ditahannya. Ketakutan ini terus menerus menghantuinya ia takut bila Bapaknya tak selamat dan menyusul Ibuknya yang telah meninggal terlebih dahulu.

 

Ceklek ! suara pintu terbuka.

"Saudari Freya pasien ingin bertemu," kata dokter yang menangani Pak Yanto.

Dengan cepat Freya memasuki ruangan dan menemui bapaknya.

"Bagaimana keadaan pasien dokter?" tanya Bu Ayu.

"Kondisinya sangat memperihatinkan, tidak bisa banyak berharap mungkin bisa besok atau besoknya," kata sang dokter pasrah.Mata Bu Ayu membulat, kedua telapak tangannya menutup mulutnya. Tak menyangka akibat kecerobohan anaknya seorang gadis manis itu harus kehilangan kedua orangtuanya sekaligus.

"Maksud dokter pasien tidak dapat diselamatkan?" tanya Pak Lukman.

"Ya seperti itulah, cedera yang dialami pasien cukup parah hingga membuat pembuluh darahnya pecah, silahkan meminta maaf pada pasien selagi masih ada waktu," jelas sang dokter menjelaskan keadaan Pak Yanto kemudian berlalu meninggalkan keduanya.

Pak Lukman dan Bu Ayu memasukkan ruangan pasien, disana tampak Freya sedang menangis sambil memeluk bapaknya.

"Maafkan anak kami yang telah membuat Bapak dan istri kecelakaan," ungkapan maaf dari Pak Lukman.

Pak Yanto tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tak apa Pak memang sudah jalannya takdir seperti ini."

Bu Ayu hanya terdiam namun matanya telah basah, sungguh baiknya keluarga ini batinnya.

"Saya akan tanggung jawab semuanya, bahkan saya akan menanggung segala kebutuhan hidup keluarga bapak," sahut pak Lukman.

"Saya hanya minta satu permohonan Pak," punya pak Yanto.

"Apapun itu saya akan berusaha mengabulkannya," balas pak Lukman.

"Saya ingin menikahkan anak saya, itulah impian terbesar saya. Saya akan sangat lega bila saya yang menjadi wali dan mengucapkan ijab qobul untuk putri semata wayang saya," suara pak Yanto tersentak, dan sangat lirih.

Tangis Freya kembali pecah dan semakin erat memeluk Bapaknya "Freya akan menikah dengan siapa pak? Fey masih SMA dan masih ingin sekolah."

Gimana ceritanya kalau kalian suka aku akan nulis lagi untuk part selanjutnya ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun