Tangan pak Yanto bergerak pelan, matanya terbuka perlahan diedarkan pandangannya mencari-cari keberadaan anak dan istrinya. Pak Lukman sigap menekan bel perawat setelah melihat pak Yanto sadar.
"Pak, pak... sudah bangun," sapa pak Lukman yang dibalas dengan anggukan lemah dari pak Yanto.
"Dimana Fey dan istriku?" tanya pak Yanto dengan suara yang begitu pelan dan lemah.
"Dia diluar Pak dan istri Bapak....." belum selesai perkataan Bu Ayu seorang dokter dan beberapa perawat datang meminta Bu ayu dan pak Lukman keluar dari ruangan.
Diluar Bu Ayu tampak menenangkan Freya sedangkan Pak Lukman berdiri di depan pintu ICU dengan cemas.Â
Freya tak banyak tanya dan bicara. Kepalanya hanya menunduk sesekali air matanya keluar dari kedua netranya. Freya hanya bisa banyak berdoa dalam hati, agar Bapaknya selamat. Ketakutan dan kesedihan menjalar di dalam hatinya, bagaimana tidak ia baru saja kehilangan Ibuknya dan kini sang Bapak masih dalam kondisi yang kritis.
Kembali air mata Freya menetes meski sudah sekuat mungkin ditahannya. Ketakutan ini terus menerus menghantuinya ia takut bila Bapaknya tak selamat dan menyusul Ibuknya yang telah meninggal terlebih dahulu.
Â
Ceklek ! suara pintu terbuka.
"Saudari Freya pasien ingin bertemu," kata dokter yang menangani Pak Yanto.
Dengan cepat Freya memasuki ruangan dan menemui bapaknya.