Sampai di sini mahasiswa yang bola matanya bundar menawan ini berhenti, seakan-akan ingin memancing respon Prof. Kompyang.
"Hai, ayo teruskan!" kata Prof. Kompyang yang rupanya terpancing. "Kau cecunguk kecil tidak perlu berlagu di hadapanku, ya! Siapa namamu?"
"Ketut Sudiarta, pak Prof."
"Baik, sekarang teruskan kalimatmu!"
"Tetapi saya mempunyai soal matematika, termasuk dalam persamaan tersamar juga pak Prof. Saya belum yakin bahwa bapak akan bisa memecahkan persoalan ini. Teman-teman saya di desa gagal memecahkannya!"
"Desamu di mana?"
"Desa Culik, pak Prof!"
Beberapa mahasiswi tampak berusaha menahan tawa mereka. Senyum sinis juga terlihat samar-samar di sudut-sudut bibir sang profesor. Sialan nih mahasiswa, soal yang gagal dijawab oleh teman-temannya di desa sekarang akan ditebakkan pada dirinya? Benar-benar sial dangkalan, Prof. Kompyang mendengus dalam hati.
"Baik, bagaimana soal matematikamu?"
"Tetapi ..."
"Tetapi apa lagi," potong Prof. Kompyang cepat.