"Terima kasih," kata sang Kolonel cepat. "Bapak membuat keputusan yang tepat."
     Kemudian, sama cepatnya dengan kata-kata yang dilontarkan, sang Kolonel mengeluarkan sesuatu. Sekarang di hadapan sang ketua fraksi ada sebuah surat pernyatan.
     "Tanda tangani surat pernyataan ini dan Bapak bisa tenang melewati malam ini dan malam-malam berikutnya!"
     Apalagi yang bisa dilakukan sang ketua fraksi kecuali menanda tangani surat pernyataan itu. Sekarang semuanya benar-benar selesai! Mulut telah dibungkam, nurani pun telah dikhianati. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali  pasrah dan menunggu gelombang pasang menerjang sang Bung.
***
     "Bagaimana Kolonel?" suara lembut itu menyapa tepat setelah pintu mobil militer tertutup. Sang Kolonel menoleh dan mengangguk.
     "Siap Jenderal. Semuanya beres dan berjalan sesuai dengan rencana! Jika ketua fraksi pertama yang kita kunjungi ini berhasil dipengaruhi, tidak ada alasan ketua fraksi yang lain tidak akan berhasil dipengaruhi!"
     Jendral misterius itu tersenyum.
     "Langkah Jenderal memberlakukan jam malam dan memblokade hampir semua sambungan telepon adalah langkah yang tepat."
     "Bagus! Sekarang kita bisa segera ke rumah ketua-ketua fraksi yang lain. Sebelum fajar semuanya harus sudah tuntas. Aku tidak ingin burung yang sudah ada di tangan terbang dan lepas kembali!"
     "Siap Jenderal!"