TERTANDA TANPA NAMA.
Eh, permainan apa pula ini, kata pak Karjo dalam hati. Akan kutanyakan hal ini pada kepala stasiun, kata pak Karjo akhirnya. Dengan cepat ia melangkah ke kantor kepala stasiun, sambil menjinjing kopor hitam.
Setelah lebih dulu mengetuk pintu, pak Karjo masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Kepala stasiun sedang asyik membaca buku. Dia mengangkat kepala ketika mendengar ketukan di pintu tetapi si pengetuk ternyata sudah di depannya.
"Belum pulang pak Karjo?" sambut kepala stasiun, sedangkan matanya melirik ke kopor hitam di tangan kanan pak Karjo.
"Belum pak!" kata pak Karjo. "Begini pak, saya menemukan kopor ini di luar dan tulisan dilabelnya benar-benar aneh!"
"Aneh? Apanya yang aneh?"
"Bapak lihat sendiri," kata pak Karjo sambil mengangkat kopor hitam itu ke atas meja. "Saya sudah perhatikan sejak tadi tetapi tak seorang pun datang mengambil kopor ini. Setelah saya baca  tulisan pada labelnya baru saya mengerti mengapa tidak ada orang datang mengambil!"
Kepala stasiun menerima kopor hitam itu dari tangan pak Karjo.
"Eh!" serunya setelah selesai membaca label. "Siapa saja penemu tas ini dialah pemiliknya. Tertanda tanpa nama." Kepala stasiun menggigit bibirnya. "Wah kalau begitu jelas sekali kopor ini menjadi milik pak Karjo sekarang!"
"Inilah yang saya herankan, mengapa kopor ini harus menjadi milik saya?"
"Karena pak Karjo-lah yang pertama kali menemukannya dan ini sesuai dengan wasiat yang tertera pada kopor ini. Tidak penting siapa yang mempunyai permainan ini tetapi yang jelas kopor ini sah menjadi milik pak Karjo sekarang. Saya saksinya," kata kepala stasiun sambil kembali tersenyum.