Ayu terlonjak dan seperti terbang dia menghambur.
"Mana, bu?" katanya dengan nafas memburu, sedangkan pak pos menanti dengan sabar, dan tampak tersenyum kecil melihat tingkah gadis manis di depannya itu.
"Tanda tangani dulu resi penerimaannya!" perintah ibunya.
Di tangan kanan wanita setengah baya itu, sebuah telegram dikibar-kibarkan. Ayu menanda-tangani resi penerimaan dengan cepat, kemudian merebut telegram dari ibunya.
Sreet ... sampul telegram disobek begitu saja.
Ada semenit Ayu tercenung setelah membaca berita telegram itu, sebelum akhirnya gadis itu berkata lirih, tetapi dengan nada penuh kelegaan.
"Tuhan akhirnya mengabulkan juga doaku, meskipun air mataku sudah terlanjur tak tersisa lagi sekarang!"
"Hai, apa-apaan ini?" tanya sang ibu dengan kening berkerut tanda tidak mengerti.
"Tenang, Bu!" kata Ayu tersenyum manis. "Biasa, urusan anak muda!"
Kemudian, tanpa menunggu dan memberi kesempatan pada ibunya untuk bertanya lebih jauh, Ayu berlari-lari kecil memasuki kamarnya, dan menguncinya dari dalam. Sekali lagi telegram itu dibacanya:
SERATUS ORANG AHLI TERNYATA BISA JUGA MELAKUKAN KESALAHAN TITIK KANKER DARAH YANG DIPERKIRAKAN MEREKA DIDERITA OLEHKU KOMA TERNYATA BUKAN KANKER DARAH SEPERTI YANG MEREKA DUGA MELAINKAN KELAINAN DARAH BIASA YANG TIDAK BERBAHAYA TITIK AKU AKAN SEGERA PULANG MENEMUI AYUKU KOMA KARENA AKU BENAR BENAR SUDAH RINDU TITIK KUMINTA SETELAH ENGKAU MEMBACA TELEGRAM INI KOMA ENGKAU BOLEH TERTAWA DAN JUGA BOLEH MENANGIS KOMA KARENA SEKARANG AKU YAKIN KOMA TANGISMU BUKAN LAGI TANGIS TANDA KELEMAHAN MELAINKAN TANGIS TANDA LEGA TITIK INI SAMA DENGAN TANGIS YANG KULAKUKAN KETIKA DOKTER DOKTER AHLI MEMBERIKAN KESIMPULAN AKHIR MEREKA YANG KATANYA TIDAK MUNGKIN SALAH LAGI TITIK SAMPAI DI SINI DULU KOMA SAMPAI JUMPA DI SURABAYA NANTI TITIK DARI AKU KOMA PRIYANTO