Aku mengangguk pelan.
"Tetapi masih tentang memberi harapan padamu, bukan?"
Aku kembali menghela nafas panjang.
"Ya atau tidak!" jawabku.
Suyanto kulihat mengerutkan kening. Bingung.
"Eh, maksudmu?" tanya Suyanto semakin penasaran dan ingin tahu.
"Ya, ya dan tidak!" jawabku acuh tak acuh.
Suyanto menghela nafas panjang tak berdaya
"Baik, baik, kawan!" katanya akhirnya dengan nada menyerah. "Aku tidak akan menerka-nerka lagi sekarang. Kau ceritakan janji Melati yang ini dan aku berjanji akan mendengarkannya dengan baik!"
Diam-diam aku tersenyum mendengar syarat yang diajukan karena tak satu pun pasal di dalamnya yang menjamin. Semuanya tentang haknya dan tentang keinginannya tetapi aku tidak tega membiarkan teman yang satu ini semakin penasaran. Di samping itu aku ingin ada kawan mau membagi dukaku dan duka Melati. Kalau kawan seperti itu memang ada maka jelas itu adalah Suyanto.
"Melati di samping berjanji padaku sebenarnya juga berjanji pada dirinya sendiri," kataku.