"Baik!" kata Citra sambil bangkit dari duduknya. "Aku pulang sekarang!"
Citra menyambar tasnya dan bersiap-siap melangkah.
"Hai tunggu!" seru Wahyu. "Bagaimana dengan ice-cream ini? Aku tidak mempunyai uang!"
"Membayar ice-cream saja tidak becus, begitu berani meremehkan keindahan pelangi!" ejek Citra.
"Yang punya ide makan ice-cream bukan aku!" kata Wahyu sambil kembali menyendok ice-creamnya. Pertengkaran ini rupanya tidak banyak berarti bagi selera Wahyu. Sedikit pun seleranya tidak terganggu.
"Nih! Engkau bayar! Kembaliannya kembalikan padaku!" kata Citra sambil melemparkan selembar ratusan ribu ke meja.
"Kuhabiskan dulu! Kau mau bukan menunggunya sebentar?"
"Aku...!"
"Sambil meneruskan makan ice-cream siapa tahu aku mendapat ide yang berhubungan dengan pelangi. Biasanya, kalau aku berpikir sambil makan ice-cream hasilnya selalu memuaskan. Kalau engkau mau menunggu siapa tahu sengketa kecil ini bisa kubereskan!"
Perlahan-lahan Citra duduk kembali di kursinya. Termakan juga kata-kata Wahyu. Setahun waktu yang cukup lama untuk bisa meninggalkan begitu saja seorang kekasih.
Wahyu meneruskan makan ice-creamnya. Sekarang piring ketiga.