"Apa? Memecahkan kaca rumah orang kau anggap bukan hal penting? Kemudian kau curi uang kakekmu juga kau katakan bukan persoalan penting? Tidak salah kau katakan begini?"
Bukannya tersinggung tetapi Wahyu malah senyum. Dia kenal Citra. Dia kenal wataknya dengan baik. Citra suka sekali marah, tetapi marahnya seperti angin. Sebentar bertiup kencang untuk kemudian menghilang tak berbekas.
"Kau menganggap hal itu penting?" tanya Wahyu.
"Ya!" jawab Citra keras.
"Seandainya aku tahu kalau masalah itu dianggap penting, tentu sudah kuceritakan padamu sejak kemarin-kemarin!" jawab Wahyu.
"Huh!" dengus Citra. "Kali ini kau kumaafkan tetapi sekali lagi engkau main rahasia-rahasiaan dengan kesalahanmu, jangan harap aku memperhatikan dirimu lagi!"
"Beres!" jawab Wahyu gembira.
"Jangan gembira dulu!" potong Citra cepat. "Ini belum selesai! Kau harus ceritakan semua persoalan sampai kebagian yang paling kecil! Baru setelah itu aku maafkan engkau!"
"Jangan khawatir!" jawab Wahyu.
Kemudian mulailah Wahyu menceritakan semuanya.
Sekarang, tepat setahun Citra dan Wahyu berkenalan.