Pesawat-pesawat tempur modern ini sekarang terbang melambat. Perlu lima detik untuk mencapai kecepatan tiga mach.
"Berbelok tajam ke arah angkasa luar, tetap dalam formasi. Laksanakan!"
Persis sebuah garis yang bergerak melingkar begitulah yang terlihat dengan formasi squadron seperti itu.
Batas angkasa luar dengan atmosfir mereka tembus dengan mudah. Dua puluh detik lagi. Komandan Andira memperhatikan layar pendeteksi  pesawatnya dengan mata sama sekali tidak berkedip. Benda aneh itu meluncur semakin dekat sedangkan arahnya tetap persis ke arah mereka.
Lima belas detik! Sepuluh detik! Mereka sudah semakin jauh dari batas terluar atmosfer Bumi.
Lima Detik!
"Empat detik lagi kita akan melihat bagaimana hasil usaha kita! Berdoalah kawan-kawan ... tiga ... dua ... satu!"
Tidak terdengar suara ledakan! Yang terdengar cumalah desingan dasyat seperti sejuta kereta api ekspres bersama-sama meluncur ke satu arah. Bulatan merah raksasa itu terus meluncur pergi. Sekejab saja dia terlihat seperti bintik kecil dikejauhan sana. Bumi tetap damai, tetap sejahtera dan tetap hijau di belakangnya. Cuma beberapa gelintir orang di Bumi sana yang menyadari bahwa seluruh sistem kehidupan mereka baru saja terlepas dari kebinasaan abadi? Cuma sedikit orang yang tahu ini, benar-benar cuma sedikit. Sementara yang lain, tetap sibuk dengan gerak irama masing-masing
Kadang-kadang menggelikan juga jika menyadari hal ini. Seandainya semua orang tahu bahaya yang tidak sekedar besar itu, yang hampir setiap saat mengancam kelangsungan hidup planet tempat mereka bermukim, mungkin tidak banyak orang yang akan tetap mempertahankan kesukaan saling cakar antara sesama. Bersatu saja mereka belum tentu bisa mempertahankan keberadaan planet ini untuk selama-lamanya, apalagi  jika tidak kompak dan sibuk saling menghancurkan.
Lalu bagaimana dengan Squadron Aquila-013 sendiri?
Tidak ada tahu tetapi yang jelas squadron pimpinan Komandan Andira ini tidak pernah kembali. Dalam komputer data induk misteri hilangnya mereka cuma diberi catatan tambahan: