"Yang lain kuperintahkan untuk tetap terbang dalam formasi sekarang. Kalau tiga menit dari sekarang tidak terjadi apa-apa kalian boleh segera mendarat. Laporkan apa yang terjadi pada kami. Kalian tahu semua hubungan dengan pusat kontrol di Bumi sekarang ini kuputuskan. Aku tidak ingin mereka ikut mendengarkan percakapan ini, karena toh semua keputusan diserahkan pada kita semua!"
Letnan Kolonel Andira berhenti sejenak.
"Kalau aku menghitung ..."
"Kami tidak setuju Komandan!" terdengar satu suara seperti berteriak ditelinganya. "Kami akan tetap bersama-sama dengan anda apapun yang terjadi. Anggota Squadron Aquila-013 pantang melarikan diri, Komandan. Bukankah Komandan sendiri yang mengajarkan ini? Kalau menghadapi bahaya semacam ini saja kami harus terbirit-birit melarikan diri, bagaimana kami bisa membanggakan diri sebagai benteng pertahanan negara?"
"Benar Komandan, kami tidak setuju ...."
Satu demi satu para penerbang pesawat lain menyatakan ketidak setujuannya dan ingin terus bersama-sama dengan Komandan Andira. Cuma Mayor Kuntadi yang tidak membuka suara.
Bintik aneh itu semakin dekat. Tidak banyak waktu lagi. Sekarang juga harus diputuskan apa yang harus segera dilakukan.
"Semua pesawat menurunkan kecepatannya sampai tiga mach!" suara Komandan Andira tenang dan mantap.
"Terima kasih Komandan!" beberapa anak buahnya mengucapkan terima kasih karena usul mereka dikabulkan. "Squadron Aquila-013, adalah Rajawali-Rajawali angkasa yang tangguh dan pemberani. Kesulitan harus dihadapi dan diselesaikan bersama, dan bukannya dihindari!"
Komandan Andira tidak menanggapi komentar itu. Bukannya tidak suka, tetapi dia tidak mempunyai waktu. Satu menit dari sekarang benda itu akan melewati mereka. Kalau dia memperlambat laju pesawat sampai setengahnya, kurang dari tiga puluh detik mereka akan ketemu.
"Laksanakan!"