Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Berburu Suara Owa di Hutan Wehea

22 Desember 2024   04:30 Diperbarui: 22 Desember 2024   21:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak mamalia besar di sekitar Sepan Hutan Wehea (Photo: Tri Atmoko)
Jejak mamalia besar di sekitar Sepan Hutan Wehea (Photo: Tri Atmoko)

Burung wing bird juga dijumpai berkumpul di Sepan untuk mendapatkan mineral (Photo: Tri Atmoko)
Burung wing bird juga dijumpai berkumpul di Sepan untuk mendapatkan mineral (Photo: Tri Atmoko)

Tantangan Konservasi

Menggunakan indikator suara owa dapat membantu monitoring populasi dan sebaran owa di Hutan Wehea.

Pemanfaatan teknologi tersebut ke depannya diharapkan akan lebih efisien karena tidak banyak memerlukan penjelajahan di dalam hutan yang banyak tantangan dan risiko.

Yang diperlukan hanya pemasangan alat perekam suara bioakustik di beberapa lokasi dan koleksi data setelah pemasangan dalam beberapa hari.

Selanjutnya data suara akan dianalisis di stasiun riset atau di kantor. Tantangan selanjutnya adalah kapasitas SDM dalam analisis dan penyediaan alat dan computer dengan spesifikasi tinggi untuk mengolah data akustik yang biasanya ber-giga-gigabite.

Di sisi lain, tantangan konservasi seperti perambahan, pembalakan liar, dan ancaman dari perluasan industri menjadi ancaman nyata bagi kelestarian Hutan Wehea.

Oleh karena itu, perlindungan Hutan Lindung Wehea tidak hanya memerlukan pendekatan berbasis ekologi, tetapi juga melibatkan masyarakat adat Dayak Wehea yang memiliki hubungan historis dan budaya dengan kawasan ini.

Kolaborasi antara pihak pemerintah, peneliti, dan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga warisan alam yang tak ternilai ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun