Raut wajah anak itu dipenuhi dengan keheranan, "Maksudnya? Aku tidak mengerti".
"Tentu saja saat ini kau memang belum mengerti, namun suatu saat kau pasti mengerti". Wanita itu segera bangkit berdiri. Sosoknya yang tinggi terlihat begitu bersinar dan berkarisma di hadapan anak itu. "Apa kau sudah siap?".
"Siap untuk apa? Aku masih tidak mengerti".
Wanita tersebut membuka telapak tangannya. Kuku-kuku jarinya terlihat seperti kristal yang berkilauan. "Untuk pergi dari sini, dan melanjutkan hidupmu".
"Tapi aku betah berada di sini. Aku tidak mau kembali. Aku sendirian di sana. Nanti aku kembali men....". Belum sempat anak itu menyelesaikan kalimatnya, wanita itu segera meniupkan sesuatu dari telapak tangannya. Bentuknya seperti kumpulan kelopak-kelopak bunga berwana kuning. Ketika ditiupkan ke arahnya, sontak anak itu langsung merasa seperti terhipnotis oleh aromanya yang begitu wangi. Dia hanya bisa terpana dan tidak bergeming selama wanita tersebut meniupkan kelopak bunga ke arahnya. Lama kelamaan, anak itu merasa mengantuk. Matanya menjadi semakin berat, semakin berat, dan menutup.
*****************
Tiba-tiba anak itu merasakan kepala dan seluruh badannya terhimpit oleh sesuatu, mendesakkan tubuhnya untuk keluar. Matanya tidak bisa terbuka, ia hanya merasakan bahwa tubuhnya dipaksa keluar dan sekarang berada di tempat yang berbeda. Tempatnya lebih terang, namun matanya tetap belum bisa terbuka. Suhunya juga cukup dingin. Ia juga merasakan bahwa tubuhnya terasa berpindah-pindah dari tangan yang satu ke tangan lainnya.
Tidak lama lagi, ia merasakan ada tangan-tangan yang menutupi tubuhnya dengan sesuatu. Kemudian tubuhnya diusap-usap dengan perlahan, dan ditutupi lagi. Kali ini ia merasa jauh lebih hangat. Kemudian ia merasa tubuhnya diangkat dan dipindah-pindahkan ke tangan lainnya lagi.
Tangan yang satu ini mendekapnya dengan hangat, membuat dirinya merasa sangat nyaman. Ia merasa benar-benar aman dan nyaman dalam dekapan tangan tersebut. Samar-samar, ia mendengar seperti suara isak tangis, namun ia tahu kalau itu adalah tangisan bahagia, bukan tangisan kesedihan yang biasa ia lakukan sebelumnya.
Kemudian, ia merasakan ada orang lain yang mendekat ke arahnya dan mencium kepalanya perlahan. Lalu orang tersebut berkata sesuatu. Suaranya agak samar, namun masih bisa terdengar jelas.
"Istriku, aku senang sekali dikaruniai anak setampan ini"