Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksin Booster Menghadapi Gelombang Ketiga, Ini Efek yang Saya Rasakan

8 Februari 2022   17:01 Diperbarui: 11 Februari 2022   02:04 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya sudah divaksin booster! | Dok. Trian Ferianto

Sekitar dua pekan lalu, tepatnya 24 Januari 2021, saya berkesempatan mendapatkan vaksin booster. Jenisnya AstraZeneca. Apa yang saya rasakan?

Sebelum bercerita tentang efek vaksin ini pada saya, perlu juga kiranya saya menceritakan kondisi sebelum saya divaksin booster ini agar kondisi komplit dapat ditangkap dan menjadi gambaran bagi Anda yang masih ragu melakukan vaksinasi booster, apalagi masih parno divaksin.

Saya mendapatkan vaksin pertama dan kedua berjenis Sinovac pada tanggal 5 Maret 2021 dan 19 Maret 2021. Data itu saya ambil dari tampilan sertifikat telah divaksin di aplikasi Pedulilindungi. 

Saat dilakukan kedua vaksin tersebut, nyaris tidak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang signifikan. Tidak ada demam, pusing, atau yang lainnya. Saya masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan berolahraga sesuai dengan jadwal.

Saya memiliki kebiasaan olahraga yang cukup teratur. Sedikit tips dan cerita pernah saya tuliskan di artikel Setahun Memakai Smartwatch, Benarkah Semakin Sehat? Teratur yang saya maksud di sini tentu versi saya sendiri: orang kantoran yang perlu mengurus dua anak kecil hanya dengan istri tanpa ada bantuan dari asisten rumah tangga. Teratur di sini setidaknya jogging 3-5 kilometer tiga kali per pekan ditambah olahraga-olahraga lainnya.

Untuk urusan makan, saya termasuk tidak terlalu melakukan diet khusus. Apa yang ada dan tersaji di meja makan itu yang saya konsumsi. Dan jika pun sedang ingin menu khusus atau jajan di luar, tidak segan saya memesannya tanpa perlu memikirkan kandungan gizi dan nutrisi ini itu. Makan ya makan saja.

Jadwal tidur saya juga relatif teratur, berangkat ke tempat tidur sekira pukul 9 atau 10 malam dan terbangun menjelang subuh atau pas subuh.

Saya juga cukup rutin melakukan donor darah setiap 3-4 bulan sekali dalam dua tahun terakhir.

Dengan background kehidupan seperti ini, bagaimana efek vaksin booster yang saya rasakan?

Kondisi awal pas hari divaksin, saya sedang dalam kondisi berpuasa. Saya agak lupa ada jadwal vaksinasi dari kantor. 

Pas sedang persiapan untuk antri, saya mendapatkan cerita dari kanan kiri bahwa tingkat KIPI AstraZeneca (jenis vaksin yang akan disuntikkan pada saya) cukup tinggi. 

Cerita KIPI pascadosis pertama dan kedua yang menggunakan AstraZeneca di lingkungan kepolisian daerah saya cukup tinggi. Setidaknya banyak cerita terkena KIPI berupa demam berhari hari.

"Para anggota kepolisian banyak juga yang tumban kena demam setelah disuntik astrazeneca," kata kawan saya yang memang sering berinteraksi dengan pihak kepolisian.

Cerita ini tentu membuat saya parno juga. Akhirnya saya memutuskan untuk sarapan dulu sebelum proses penyuntikkan berlangsung. 

Saya berjaga-jaga kondisi badan harus fit menghadapi potensi KIPI yang saya dengar berdasarkan cerita tadi. Salah-salah, mempertahankan terus berpuasa bisa berefek drop nantinya.

Proses penyuntikan pun berlangsung. Saya sempat menanyakan kepada petugas yang melakukan injeksi "Apakah tidak masalah secara kesehatan jika disuntik vaksin dalam kondisi berpuasa karena terkait potensi KIPI yang ada?"

"Sebenarnya tidak masalah, Pak. Sebab efeknya biasanya tidak langsung, paling nanti malam atau sehari setelahnya." Itu jawaban petugasnya. 

Saya tafsirkan sebenarnya tidak bermasalah secara kesehatan orang disuntik vaksin dalam keadaan berpuasa.

Setelah dilakukan vaksinasi, saya melanjutkan aktivitas seperti sedia kala. Saya sudah bersiap jikalau sore atau malam harinya ada KIPI yang terjadi. Minimal demam. Namun Alhamdulillah hingga hari itu lewat, tidak ada efek signifikan yang saya rasakan.

Esok harinya, saya nekat untuk melakukan jogging sebagaimana jadwal saya setiap pekan. Saya agak berani karena tidak merasakan efek apa-apa. 

Dan Alhamdulillah, saya bisa menuntaskan rute 5 kilometer dengan rasa seperti biasanya. Pasca lari, saya berintirahat malam seperti biasa.

Hingga dua pekan setelah injeksi vaksin booster itu, atas izin Alloh tidak ada efek berarti dan yang mengharuskan saya istirahat total dari aktivitas sehari-hari. Padahal, cukup banyak laporan KIPI seperti demam, pegal-pegal, dan nyeri di sekujur badan yang mengharuskan rekan kerja saya mengajukan izin tidak masuk kantor. Meski tentu tidak semua.

Satu-satunya 'KIPI' yang saya rasakan adalah rasa panas seperti terbakar di area lengan yang disuntik. Tidak menyakitkan. Dalam skala 1-5 rasanya di level 2. Ini bertahan selama 3 hari. Efek lainnya adalah rasa pegal di persendian lengan yang disuntik. Rasa pegal ini bertahan hingga 5 hari pasca disuntik. Atas efek ini, aktivitas yang saya hentikan hanyalah rutinitas push-up dan angkat beban berat. Selebihnya, semua berjalan normal belaka dan seperti tidak terjadi apa-apa.

Biasanya pasien dibekali paracetamol untuk berjaga-jaga jika terjadi demam | Dok. Trian Ferianto
Biasanya pasien dibekali paracetamol untuk berjaga-jaga jika terjadi demam | Dok. Trian Ferianto

Oia, satu lagi, saya belum pernah didiagnosis positif COVID-19 alias covirgin. Syukur Alhamdulillah dan semoga dapat terus terjaga di masa gelombang ketiga yang nampaknya sudah di depan mata bernama omicron.

Jadi, efek vaksinasi terhadap masing-masing tubuh bisa beragam. Dan tetap ada potensi 'baik-baik saja' tanpa masalah berarti jika kondisi badan dalam keadaan fit.

Gak perlu cemas divaksin (lagi) kan? Demi kebaikan kita bersama menghadapi gelombang ketiga.

Saya sudah divaksin booster! | Dok. Trian Ferianto
Saya sudah divaksin booster! | Dok. Trian Ferianto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun