Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peran Strategis CSR dalam Keberlanjutan Lingkungan Hidup dan Air

11 September 2019   08:18 Diperbarui: 11 September 2019   21:32 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ini dikarenakan besarnya biaya yang harus diadakan oleh PAM yang tidak sebanding dengan potensi keuntungan yang didapat, atau jikapun terpaksa mengambil air tanah, lokasi merekalah yang paling terdampak serius jika terjadi banjir rob akibat semakin menurunnya ketinggian tanah. Padahal jumlah mereka juga signifikan besarnya.

Solusi atas ini adalah dengan dibuatkannya sistem pengelolaan air menggunakan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang bisa diterapkan di beberapa pulau besar di Kepulauan Seribu. SWRO adalah sebuah unit sistem desalinasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar bersih.

Sementara itu, untuk daerah di sepanjang pesisir Jakarta, dapat menggunakan pengelolaan air Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Sistem ini cocok karena dapat mengubah air payau yang persediaannya melimpah di daerah pesisir menjadi air minum yang kualitasnya lebih baik daripada air kemasan.

Unit sistem ini memang berharga cukup mahal, namun layak untuk digunakan sebagai solusi jangka panjang penyediaan air minum dan air bersih bagi masyarakat yang selama ini paling rentan keadaannya.

Mengutip penjelasan peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rachmat Fajar Lubis, DKI Jakarta dapat memanfaatkan teknologi nano bubble untuk menciptakan air bersih yang disulap dari air bekas (used water). 

Rahmat menyebutkan bahwa kebutuhan akan air bersih di Jakarta pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 1.280.770 meter kubik, padahal di saat yang sama Jakarta bisa menghasilkan air dengan jumlah 2.340.916 meter kubik, artinya kebutuhan Jakarta dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri, hanya saja pasokan air ini belum tergolong air bersih dan masih perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut agar memenuhi standar dapat digunakan oleh manusia.

Berdasarkan penjelasan Sekretaris Jenderal Koalisi Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati, proyek reklamasi di Teluk Jakarta telah menghancurkan kawasan hutan mangrove yang sebelumnya lestari dan kini hanya menyisakan sekitar 2% saja dari kondisi semula. 

Kerusakan hutan mangrove ini mengakibatkan pencemaran air tanah oleh air laut. Kondisi ini akhirnya memperparah ketersediaan air bersih di wilayah pesisir Jakarta.

Maka, perbaikan mangrove ini sekaligus melindungi ketersediaan air bersih yang sudah ada di tanah bagian sepanjang pesisir pantai Jakarta. Hal ini pun selaras dengan arah dan fokus utama program CSR Bank DKI yang salah satunya adalah bidang lingkungan hidup.

Infografis Peran CSR dalam Keberlangsungan Lingkungan Hidup dan Air | Dikerjakan oleh Trian Ferianto
Infografis Peran CSR dalam Keberlangsungan Lingkungan Hidup dan Air | Dikerjakan oleh Trian Ferianto

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun