Mohon tunggu...
Tria Cahya Puspita
Tria Cahya Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - -

Katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Lihat, dengar dan rasakan...menulis dengan hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi Arabika Java Ijen Raung, Republik Kopi, dan Bank Indonesia

30 Oktober 2017   18:11 Diperbarui: 30 Oktober 2017   19:21 2853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beralihnya tugas perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI kini sibuk mengurusi kopi, benarkah? Sungguh aneh sebuah Bank Sentral mengurusi kopi. Padahal di negara-negara lain, Bank Sentral itu ya mengurusi moneter dan/atau perbankan. 

Mengapa BI tiba-tiba menyasar bidang lain seperti perkopian? Apakah BI sedang "gigit jari" dan "ngambek" karena tugas "emasnya" sudah tidak dikuasainya lagi? Ataukah BI berlagak trendy supaya dibilang gaul seperti anak muda kebanyakan yang suka beredar di cafe coffee? Atau...jangan-jangan BI sedang setress?!

Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo baru saja menerima penghargaan Global Market Award 2017 sebagai Governor of the Year Asia Pasifik Timur pada 14 Oktober 2017 di Washington DC, Amerika Serikat lho... Lantas bagaimana mungkin BI setress? Justru kredibilitas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia semakin naik daun. BI sedang bergulat dengan transformasi dirinya. Dan transformasi yang terjadi, telah diapresiasi oleh masyarakat internasional.

Lalu soal BI mengurusi kopi hanya isapan jempol/berita hoaks ataukah sebuah kebenaran?

UMKM dan Bank Indonesia

Potensi besar UMKM terkendala pembiayaan hingga saat ini. Berdasarkan data BI, pemberian kredit perbankan kepada UMKM tahun 2016 sekitar 19,7%. Dimana usaha menengah mendominasi kredit UMKM sebesar 46,7% dan share kredit mikro sekitar 23,5%.

Permasalahan UMKM lainnya adalah kualitas SDM yang rendah, kurangnya pengetahuan dan teknologi yang cukup dalam mengelola usahanya, pemasaran produknya kurang menjangkau pasar yang lebih luas, kurangnya informasi bisnis, dan akses perbankan. BI yang concern terhadap UMKM telah melakukan berbagai upaya dengan menetapkan kebijakan/ketentuan perbankan agar meningkatkan pembiayaan kepada UMKM, fasilitas produk pembiayaan kepada sektor produktif, serta memfasilitasi perbankan dengan sektor riil (UMKM).

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Pembinaan UMKM telah dilakukan BI sejak beberapa tahun lalu. UMKM yang disasar merambah ke sektor pertanian, holtikultura, perkebunan, peternakan/perikanan, industri pengolahan, dan sektor budaya. BI juga memberikan ruang khusus bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi seputar UMKM dan pengembangan UMKM dalam Info UMKM pada webnya www.bi.go.id. Selain itu, BI juga membuat aplikasi SI APIK pada android yang berguna untuk pencatatan keuangan bagi UMKM.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Secara khusus, BI mengembangkan klaster usaha yaitu pembinaan terhadap UMKM yang memiliki potensi tinggi sebagai komoditi penyumbang inflasi, sumber pertumbuhan ekonomi baru, pelestarian budaya/pengembangan ekonomi lokal, berorientasi ekspor dan/atau sebagai substitusi impor. Pengembangan UMKM unggulan berguna menumbuhkembangkan/ menciptakan pusat-pusat aktivitas ekonomi baru secara berkelanjutan melalui optimalisasi sumber daya lokal. 

Dengan tujuan meningkatkan kelayakan keuangan dan akses UMKM kepada pembiayaan. Lebih jauh, BI mengembangkan/membangun sistem hulu ke hilir yang meliputi aspek budidaya, pengolahan, dan pemasaran sehingga produk memiliki nilai tambah lebih.

Dalam skala nasional, BI memfasilitasi pameran UMKM melalui Karya Kreatif Indonesia (KKI) sejak tahun 2016 (diselenggarakan setiap tahun). Sedangkan untuk tingkat internasional, BI telah mengikutsertakan kain tenun dan songket Jembrana dalam pameran kerajinan "Hand Made Korea Summer 2017" di Seoul, Korea Selatan serta kerajinan Sulam Karawo Gorontalo hingga ke panggung "New York Fashion Week 2017", di New York, Amerika Serikat. Bagaimana dengan kopi?

Di Balik Kopi Arabika Java Ijen Raung dan Republik Kopi

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
"Kopi adalah mata uang persahabatan," ungkap Pepih Nugraha, seorang wartawan Kompas dalam kata pengantarnya di buku Hikayat Negeri Kopi, Syukri Muhammad Syukri. Bagaimana tidak? Dari minum-minum kopi biasanya akan tercipta obrolan antar teman dan kerabat. Bahkan dengan orang yang baru ditemui di warung kopi atau di kafe kopi yang kini menjamur di Indonesia.

Tidak terkecuali dengan Bondowoso, salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Bondowoso yang terdiri dari 23 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 209 Desa dulu lebih dikenal dengan produk tape. Namun kini telah bertransformasi menjadi Republik Kopi. Beberapa tahun belakangan, kafe-kafe kopi mulai bermunculan disebabkan kopi Bondowoso mulai dikenal masyarakat Indonesia dan Internasional. 

Tidak hanya penduduk lokal, mancanegara pun datang untuk sekedar "ngopi" dan wisata kopi. Bondowoso memiliki agrowisata perkebunan kopi Arabika, yaitu agrowisata Kalisat, Jampit dan agrowisata Blawan. Padahal dahulu kopi Bondowoso, nyariiisss... tak terdengar.

Di masa lalu, Belanda ternyata memiliki peran penting dalam penyebaran kopi di Indonesia. Belanda yang memperkenalkan pertama kali tanaman kopi jenis arabika (coffea arabika L) di pulau Jawa tahun 1699. (Sumber : Syukri Muhammad Syukri, Gramedia : 2016).

Di pulau Jawa tepatnya Bondowoso, terdapat ladang kopi di kawasan lereng kaki gunung Ijen dan Raung. Sayangnya, kopi Bondowoso kurang diminati, sebab kualitasnya rendah. Penjualannya hanya di Bondowoso. Petani mengalami kesulitan dalam penjualan sehingga seringkali menjualnya ke pengijon dengan harga yang sangat rendah. Inilah yang menyebabkan warga Bondowoso kurang berminat menjadi petani kopi. Petani belum memiliki Unit Pengolahan Hasil (UPH)/wadah kelompok tani di bawah koperasi. Koperasi yang ada belum memiliki aktivitas operasional. Petani kopi Bondowoso juga belum mendapat pembiayaan dari bank.

Kurangnya pengetahuan mengenai pemeliharaan dan budidaya tanaman kopi yang baik menyebabkan produktivitas tanaman rendah hanya mencapai 500kg (ose)/Ha/Tahun. Petani tidak memiki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pemetikan biji kopi. Saat panen, petani memetik seluruh biji tanpa membedakan biji yang layak dan belum layak panen (tidak ada pemilahan). Petani tidak memiliki perencanaan yang baik dalam proses pemanenan dan penanganan pasca panen masih dilakukan secara sederhana.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Melihat fenomena tersebut, Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilannya di Jember (KPwBI Jember) menginisiasi pembentukan klaster bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. BI melakukan survei identifikasi pada bulan Oktober -- November 2010 untuk menghimpun informasi terkait keberadaan, kondisi dan kualitas tanaman; potensi bahan baku untuk proses pengolahan; kondisi kelembagaan dan potensi kemitraan; serta pasar untuk kopi Bondowoso. 

Hasil survei berupa Laporan Kajian Pembentuan Klaster Industri Kopi (berisi gambaran, tahapan, roadmap dalam rangka pengembangan klaster kopi Bondowoso) menyatakan Kopi Bondowoso memiliki potensi untuk diekspor. Sehingga direkomendasikan untuk Pembentukan Klaster Industri Kopi Bondowoso.

KPwBI Jember kemudian membentuk Klaster Industri Kopi Bondowoso tahun 2011 melalui MOU dengan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Perum Perhutani KPH Bondowoso, PT Indocom, Bank Jatim, dan Asosiasi Petani Kopi Bondowoso. BI bersama 6 pihak lainnya berupaya meningkatkan kualitas kopi petani di Bondowoso.

Selama tahun 2011 hingga 2014, BI telah melakukan berbagai pembinaan dan pendampingan, bantuan teknis, dan peralatan kepada petani serta kelompok tani kopi di Desa Sumberwringin. 

Di antaranya melakukan studi banding kelompok tani dan petugas ke Kintamani Bali, pembentukan Unit Pengolahan Hasil (UPH), pembinaan pemberdayaan dan kelembagaan kelompok tani, reforestasi lahan hutan 20 Ha, pembiayaan pelatihan uji citarasa kopi, uji lab sifat tanah untuk sertifikat Indikasi Geografis (IG), pelatihan teknis peternakan, pelatihan manajemen koperasi, pelatihan manajemen keuangan, pelatihan strategi pengembangan bisnis dan pelatihan sinergi antar klaster KPwBI Jember. Selain itu BI juga memberikan bantuan berupa demplot bibit kopi, mesin pengolahan kopi Huller, pipanisasi (air) sepanjang 5,4 km, dan seperangkat komputer.

Pelan namun pasti, upaya-upaya yang dilakukan berbagai pihak memperlihatkan hasil yang signifikan. Tahun 2012, kopi Bondowoso dapat diekspor untuk pertama kalinya. Tahun 2013, kopi Bondowoso memperoleh sertifikat IG yang merupakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Kopi Bondowoso kemudian dipatenkan dengan nama Kopi Arabika Java Ijen Raung.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Petani kopi saat ini semakin sedikit yang menjual kepada pengijon. Mengapa? Sebab para petani saat ini lebih banyak yang menjual hasil panen kepada Koperasi Rejo Tani sebagai perantara dengan pembayaran secara tunai. Koperasi kemudian menjualnya kepada PT.Indocom selaku eksportir.

Dengan terlibatnya PT Indocom sebagai buyer tetap, petani memiliki kepastian pasar dan pasar yang luas. Pemasarannya meliputi Banyuwangi, Jember, Lumajang, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Serta telah dieskpor ke berbagai negara seperti Amerika, Jerman, Belgia, Korea, Jepang, Swiss dan Timur Tengah.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Petani kopi Bondowoso kini mengetahui serta memiliki SOP proses pemetikan buah kopi dan penanganan kopi pasca panen. Petani juga memiliki pengetahuan pemeliharaan dan budidaya tanaman kopi yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Produk tidak hanya berupa biji kopi namun juga kopi bubuk.

Dengan semakin baiknya kualitas kopi, harga pun mengalami peningkatan. Saat ini harga Kopi Arabika Java Ijen Raung (berbagai merk) sekitar Rp35.000,00/kg -- Rp40.000,00/kg untuk HS kering (kopi gabah), sebesar Rp68.000,00/kg -- Rp80.000,00/kg untuk green bean (OC/kopi biji), dan kopi bubuk seharga Rp200.000,00/kg -- Rp300.000,00/kg. Masyarakat Bondowoso pun kini banyak yang berminat menjadi petani kopi.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Di sisi pembiayaan, Koperasi Rejo Tani pada tahun 2013 telah mendapatkan pembiayaan bank Jatim sebesar Rp600juta. Sedangkan petani, sebanyak 5 kelompok UPH telah mendapatkan kredit dari bank Jatim.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Bondowoso menjadi industri kopi yang menakjubkan berkat kerjasama antara masyarakat, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan pihak lain yang tergabung dalam MOU Pembentukan Klaster Industri Kopi Bondowoso. Sejak tanggal 22 Mei 2016 dalam salah satu acara Ijen Festival Bondowoso, Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, mendeklarasikan Bondowoso sebagai Republik Kopi. Bondowoso telah bertransformasi menjadi sebuah industri kopi bernama Republik Kopi.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Di Setiap Makna Indonesia

Dengan melihat potensi ekonomi di suatu daerah, BI berupaya mengembangkan dan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru bagi masyarakat. Tidak hanya UMKM itu sendiri namun BI juga mengembangkannya dari hulu ke hilir sehingga tercipta suatu industri yang kuat, saling terkait, dan saling melengkapi. Pendapatan masyarakat setempat dan daerah meningkat, yang akhirnya meningkatkan pendapatan negara untuk perekonomian Indonesia.

Melalui Kopi Arabika Java Ijen Raung, membuktikan kinerja BI sangat diperlukan bagi suatu daerah dan juga Indonesia. Upaya BI serta berbagai pihak telah mentransformasi kopi Bondowoso menjadi produk ternama Kopi Arabika Java Ijen Raung dan mentransformasi Bondowoso menjadi Republik Kopi. Hadirnya BI memiliki makna tersendiri. Di balik kopi Arabika Java Ijen Raung dan Republik Kopi, ada Bank Indonesia yang berperan serta di dalamnya. Bank Indonesia hadir di setiap makna Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun