Oktavia Nurul Azqi, akrab dipanggil "Azqi" oleh keluarga dan teman temannya, Azqi lahir pada tanggal 18 Oktober 1999 tepat nya di Cilacap sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Perempuan muda asal Cilacap ini telah melalui perjalanan hidup yang penuh liku untuk mewujudkan impian dan cita-citanya. Lahir dan besar di keluarga sederhana, Azqi kini berusia 25 tahun dan telah berhasil meraih posisi prestisius di sebuah perusahaan di Korea Selatan. Selain itu, ia juga menjalani pendidikan S2 dengan beasiswa di salah satu universitas ternama di negeri tersebut. Namun, semua keberhasilan itu tidak dicapai dengan mudah. Perjalanannya merupakan cerita penuh perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan yang menginspirasi banyak orang.
Latar Belakang: Oktavia Nurul Azqi
Azqi adalah anak kedua dari dua bersaudara, azqi mempunyai seorang kakak laki laki yang berjarak lima tahun lebih tua dari azqi. Sejak usia tiga tahun hidup azqi mulai berbeda dengan teman teman sebaya lainnya Dimana ayah dan ibu nya diharuskan untuk bekerja di luar kota, sehingga azqi tinggal bersama nenek dari pihak ibunya yang terletak sekitar dua jam perjalanan dari rumah orangtua nya azqi. Meskipun masih berada dalam satu kota yang samaj arak dari rumah orangtua azqi dan rumah nenek terbilang cukup jauh hingga memakan waktu dua jam lamanya, sehingga hal itu membuat azqi tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih saying dari nenek nya tetapi dalam hati kecil azqi dia juga sangat merindukan kasih saying kedua orangtua nya.
Hari hari azqi bersama nenek nya dibatasi oleh kurangnya finansial keluarganya sehingga membuat azqi tidak bisa mengikuti Pendidikan di taman kanak kanak (TK) maka dari itu di usia lima tahun azqi langsung mendaftar kan diri di Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk memulai Pendidikan dasar. Meskipun azqi tidak mempunyai pengalaman di TK azqi berkata dia sangat beruntung dikarenakan nenek nya sangat peduli terhadap Pendidikan azqi dan selalu mengajarkan azqi untuk rajin belajar.
Pada usia sembilan tahun, azqi Kembali tinggal bersama ayahnya di cilacap, tetapi hanya dengan ayahnya karena pada saat itu kondisi kedua orangtua nya sudah berbeda dan azqi harus beradaptasi bahwa ibu dan ayah nya tidak bersama lagi, pada saat itu azqi masih terlalu kecil untuk menyadari bahwa orangtua nya sudah berpisah, namun sisi baik nya hal itu membuat azqi belajar untuk mandiri sejak dini.
Perubahan besar terjadi lagi ketika azqi memasuki Tingkat SMP, Azqi berhasil untuk masuk ke sekolah favorit di kota nya pada saat itu berkat hasil ujian nasional (UN) Â matematika nya yang sempurna, keberhasilan ini memberikan azqi rasa percaya diri yang besar dan mendorong azqi untuk terus berusaha menjadi yang lebih baik, tidak hanya itu azqi juga berhasil memasuki SMA terbaik di kota nya, setelah meraih nilai tertinggi dalam ujian nasional Bahasa inggris di SMP.
Meskipun azqi memiliki prestasi yang cukup baik di SD dan SMP, kehidupan nya di SMA sedikit berbeda, Azqi merasa semakin terpisah dari kakak nya yang memilih untuk bekerja di luar negeri pada saat ia duduk di kelas 2 SMA, sejak saat itu azqi tinggal sendirian di rumah orangtua nya. Di SMA, azqi merasa jauh dari teman teman nya karena pola piker dan kepribadian nya yang cenderung lebih introvert dan berbeda dari yang lainnya. Pada saat itu azqi sempat kehilangan arah sampai titik terendah nya azqi pernah merasakan berada di urutan perigkat 32 dari 40 siswa yang ada di kelasnya, namun meski tak memiliki prestasi yang mencolok, azqi harus tetap berusaha untuk menjaga nilai dan focus pada Pendidikan nya.
Selama bersekolah azqi belajar untuk mandiri, ia di tuntut untuk mengatur kebutuhan hidup nya sehari hari termasuk makan, pada saat itu ada sebuah warung di dekat rumahnya yang memungkinkan azqi untuk memilih lauk makan yang ia inginkan, lalu nanti pemilik warung tersebut akan mencatat semua pengeluaran yang ia keluarkan untuk makan nya sehari hari dan pada akhir bulan ayah nya akan mengirimkan uang kepada pemilik warung. Pada saat azqi menempuh Pendidikan nya pada saat itu, azqi diberikan kartu kredit atau yang biasa disebut ATM sendiri yang berisi kiriman uang dari orangtua dan juga kakak nya. Selama delapan tahun lamanya tanpa pengawasan langsung dari orangtua azqi benar benar tinggal sendirian di rumah nya dan meskipun seperti itu azqi tidak pernah terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk, azqi selalu menekankan prinsip nya bahwa tujuan nya adalah lulus sekolah dengan baik dan dapat keluar dari rumah untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Azqi juga berkata ia mempunyai satu lagu favorit nya sampai saat ini yang sangat mencerminkan perjalanan hidup nya saat itu, yang berjudul "Inner Child" yang di nyanyikan oleh Taehyung (V) dari boyband BTS, dan lirik favorit nya yaitu "Diriku di saat itu kau tak percaya adanya galaksi, tapi sekarang kita begitu banyak tertawa, tak apa (diriku di masa kecil), karena diriku sekarang pun baik baik saja". Lagu ini mempunyai arti yaitu dari seorang anak kecil yang penuh keraguan dan ketidakpastian, hingga menjadi seorang wanita yang kini bisa tertawa dan merasa baik baik saja dengan segala perjalanan hidup nya, meskipun penuh tantangan hal itu telah membentuk ia menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijaksana dan kini ia belajar untuk terus maju dengan segala dukungan yang ia terima dari keluarga nya dan semangat utuk mencapai Impian nya.
Awal Mula: Pilihan Berat yang Membuka Peluang
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Azqi mendapatkan kabar menggembirakan ia diterima di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Namun, euforia itu tidak berlangsung lama. Jurusan baru yang diminati banyak orang tersebut menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp30 juta per semester, jumlah yang jauh di luar kemampuan finansial keluarganya. Azqi harus mengambil keputusan sulit. Dengan berat hati, ia melepaskan kesempatan itu. Namun, seperti yang sering dikatakan, ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka.
Azqi tidak membiarkan kendala finansial menghalangi mimpinya. Ia mencari universitas lain yang sesuai dengan kemampuan finansial keluarganya. Pada saat itu pilihannya jatuh pada Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), yang memiliki program studi Ilmu Komunikasi dengan akreditasi yang baik serta biaya kuliah yang jauh lebih terjangkau. Keputusan ini juga didorong oleh alasan sederhana namun unik: idolanya, Bisma dari boyband Smash, adalah alumni UNIKOM dan pada saat itu sedang menjalani perkuliahan nya juga di UNIKOM. Azqi juga berkata bahwa pada saat itu idolanya itu ada di program studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Hal itu semakin memotivasi Azqi untuk menjadikan kampus ini tempat ia mengejar mimpi.
Langkah kwecil ini menjadi titik awal perjalanan luar biasa Azqi. Memulai semester pertamanya di UNIKOM, ia langsung mencetak prestasi gemilang dengan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4.00. Prestasi ini bukan hanya menjadi kebanggaan dirinya, tetapi juga keluarganya. Lebih dari itu, prestasi ini membuka pintu bagi Azqi untuk mendapatkan Beasiswa Unggulan, yang mencakup pembebasan biaya kuliah selama empat tahun, uang saku sebesar Rp1,5 juta per bulan, serta tunjangan buku dan kegiatan lainnya.
Menemukan Cinta pada Bahasa: Awal Mimpi ke Korea
Mendapatkan beasiswa bukanlah akhir dari perjuangan Azqi, melainkan awal dari babak baru dalam hidupnya. Ia memanfaatkan dana yang diterima untuk mengikuti kursus bahasa Jepang dan Korea, sesuatu yang menjadi minatnya sejak lama. Bagi Azqi, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga kunci untuk membuka peluang baru di dunia internasional.
Suatu hari, seorang staf UNIKOM bernama Mbak Itha memberitahukan Azqi tentang program double degree di Korea Selatan. Program ini terbuka bagi mahasiswa UNIKOM, tetapi ada satu syarat utama: kemampuan bahasa Korea. Kabar tersebut membakar semangat Azqi. Ia mulai merancang langkah-langkah untuk mewujudkan impiannya belajar di Korea. Langkah pertama yang diambilnya adalah meningkatkan intensitas belajar. Pada semester kedua, Azqi mengambil 30 SKS untuk mempercepat penyelesaian mata kuliahnya. Di sela-sela itu, ia mengikuti kursus bahasa Korea yang diadakan oleh kampus.
Kesibukan Azqi tidak berhenti di situ. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi kampus, seperti KSR PMI UNIKOM dan Youth English Society (YES). Azqi berkata bahwa dia harus bisa membagi waktunya untuk perkuliahan dan organisasi, dimana salah satu contoh nyatanya dimana azqi ditempatkan di divisi acara dari kegiatan yang ada di organisasi tersebut, dimana dia setelah selesai kelas di malam hari, ia harus melanjutkan survey tempat untuk melakukan kegiatan yang akan diselenggarakan tersebut di jam 20.00 WIB dan baru selesai hingga waktu menunjukkan dini hari. Disana azqi harus melakukan kegiatan yang memang dapat dibilang berat dimana azqi harus melakukan survey penjelajahan ke gunung puntang pada saat itu, penjelajahan azqi pada saat itu mencakup kegiatan seperti tracking perjalanan dengan akses berjalan kaki yang Dimana itu pasti banyak menghabiskan energi, disana juga azqi harus latihan dan memberikan materi  di setiap pos tracking tersebut mengenai kepalangmerahan, kemanusiaan, cara bertahan hidup dan cara berorganisasi yang baik untuk peserta  yang akan mengikuti kegiatan yang akan organisasi azqi selenggarakan, materi ini disampaikan karena organisasi ini berada di jangkauan medis atau biasa disebut Palang Merah Indonesia (PMI). Selain itu azqi juga bercerita bahwa dia juga mengikuti organisasi yang bernama Youth English Society (YES) dimana azqi harus belajar keras disana karena organisasi ini juga berpengaruh untuk pengalaman azqi  dalam belajar bahasa inggris hingga puncaknya azqi pernah menjadi salah satu perwakilan dari YES UNIKOM dalam kegitan National Debating Championship Tingkat nasional di  semarang pada saat itu, azki berkata bahwa mungkin itu salah satu alasan mengapa azqi terpilih menjadi anak beasiswa unggul di unikom . Kombinasi antara kegiatan akademik, kursus bahasa, dan organisasi membuat hari-hari Azqi sangat padat. Namun, ia menikmati setiap momennya, karena ia tahu bahwa kerja keras ini adalah investasi untuk masa depannya.
Keberangkatan ke Korea: Langkah Pertama ke Negeri Impian
Di semester kelima, kerja keras Azqi berbuah manis. Ia berhasil lolos seleksi program double degree di salah satu universitas di Korea Selatan. Dari tiga mahasiswa UNIKOM yang terpilih, Azqi adalah satu-satunya perwakilan dari jurusan Ilmu Komunikasi. Keberhasilan ini membawa kebahagiaan sekaligus tantangan baru dalam hidupnya. Dengan bekal uang Rp4 juta dan satu kardus mi instan, Azqi memberanikan diri untuk memulai perjalanan ke negeri impiannya.
Setibanya di Korea, Azqi harus menghadapi kenyataan baru yang jauh dari kenyamanan. Ia diharuskan menyelesaikan TOPIK (Tes Kemampuan Bahasa Korea) hingga level 3 sebagai syarat untuk melanjutkan studi di jurusan Media Komunikasi. Selama sembilan bulan pertama, fokus utamanya adalah mempelajari bahasa Korea. Namun, tantangan terbesar bukan hanya soal akademik.
Dengan dana yang terbatas, Azqi harus hidup hemat untuk bertahan di negeri orang. Mi instan menjadi makanan sehari-harinya selama bulan pertama. Karena peraturan asrama melarang penggunaan alat alat yang mengeluarkan asap ataupun api, ia hanya bisa menyeduh mi instan dengan air panas dari dispenser. Bahkan, satu bungkus mi instan sering ia bagi menjadi dua porsi untuk makan siang dan malam.
Bertahan Hidup dan Bekerja Paruh Waktu
Hidup di negeri asing dengan sumber daya terbatas tidaklah mudah. Setelah sebulan hidup dengan mi instan, Azqi memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Ia mencoba berbagai pekerjaan, mulai dari mencuci piring di kedai makan hingga mengangkut barang di pasar, ia melakukan pekerjaan ini selama setahun lamanya untuk menyambung hidupnya di korea. Meski pekerjaan itu berat dan upahnya kecil, Azqi menjalani semuanya dengan semangat. Baginya, pekerjaan itu bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang belajar bertahan hidup.
Selain tantangan finansial, sistem pendidikan di Korea juga memberikan tekanan tersendiri. Mahasiswa di sana dikenal sangat kompetitif, sering belajar hingga larut malam bahkan tanpa tidur. Tekanan ini sempat membuat Azqi merasa terpuruk, tetapi ia tidak menyerah. Perlahan, ia belajar untuk beradaptasi dengan ritme belajar di Korea dan menemukan caranya sendiri untuk bertahan. Azki juga bercerita bahwa semasa dia di korea azqi melakukan ujian atau tes menggunakan bahasa inggris untungnya diperbolehkan oleh pihak kampus yang azqi tempati, karena seharusnya azqi  menjawab ujian dengan bahasa korea sama dengan murid lainnya, tetapi karena mungkin dia salah satu mahasiswa asing yang tidak berasal dari korea maka dari itu pihak kampus memperbolehkan azqi untuk menjawab dengan bahasa lain khususnya bahasa inggris.
Pencapaian Akademik di Tengah Pandemi
Tahun 2021 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Azqi. Pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Korea Selatan. Ia sempat tertular virus tersebut, tetapi berhasil pulih tanpa komplikasi serius. Pandemi ini juga membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan. Berkat kebijakan universitas, Azqi tidak perlu menulis skripsi untuk kelulusan. Sebagai gantinya, ia cukup menyelesaikan TOPIK level 4 dan meraih skor IELTS 6.5.
Keberhasilan ini menjadi titik balik dalam perjalanan akademik Azqi. Setelah menyelesaikan program double degree di Korea, ia kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan sisa mata kuliah dan skripsi di UNIKOM. Proses ini tidak berjalan mulus. Dengan pembimbing skripsi yang sangat sibuk, Azqi harus menghadapi berbagai kendala administrative salah satu contohnya terkendala di skripsi yang tidak diperiksa hingga 6 bulan lamanya padahal target azqi  sebelumnya 3 bulan dia harus sudah menyelesaikan skripsinya. Namun, dengan dukungan dari dosen wali yang selalu membantunya dalam hal pemeriksaan skripsinya, Azqi akhirnya berhasil menyelesaikan studinya.
Karier dan Kehidupan Baru di Korea
Setelah lulus dari UNIKOM, Azqi tidak perlu menunggu lama untuk memulai kariernya. Sebelum wisuda, ia sudah diterima bekerja di Jakarta untuk mengisi waktu luang. Selama 1,5 tahun bekerja di ibu kota, Azqi merasakan keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Ia kembali ke Korea, kali ini sebagai mahasiswa magister dengan beasiswa penuh.
Selain menjalani kuliah, Azqi juga bekerja sebagai interpreter dan translator di sebuah perusahaan besar di Korea. Pekerjaan ini memberinya pengalaman baru sekaligus memungkinkan dirinya untuk mandiri secara finansial. Kini, ia tinggal di apartemennya sendiri, sebuah pencapaian besar bagi seorang perempuan muda yang pernah hidup dengan keterbatasan.
Menghadapi Diri Sendiri: Tantangan Kepribadian
Di balik semua pencapaian itu, Azqi menyimpan tantangan pribadi yang tidak kalah besar. Sebagai seorang introvert, ia merasa sulit untuk berteman dan berbicara di depan umum. Namun, ia menyadari bahwa dunia kerja menuntutnya untuk membangun koneksi dengan banyak orang. Dengan prinsip "jalani saja dulu," Azqi memaksa dirinya untuk keluar dari zona nyaman.
Moto hidupnya, " " (Lakukan saja dulu), menjadi pedoman yang selalu ia pegang. Bagi Azqi, keberanian untuk mencoba adalah kunci utama dalam menghadapi segala tantangan.
Inspirasi dari Perjalanan Hidup Azqi
Kisah perjalanan hidup Oktavia Nurul Azqi adalah bukti nyata bahwa keberanian dan kerja keras dapat membawa seseorang melampaui batas-batas yang tampaknya mustahil. Dari seorang gadis kecil yang tumbuh di Kubang Selatan, ia kini menjadi perempuan mandiri yang sukses secara akademik dan profesional. Azqi telah membuktikan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk diwujudkan, selama kita berani bermimpi dan bekerja keras untuk mencapainya.
Perjalanan Azqi mengajarkan kita bahwa setiap rintangan adalah peluang untuk belajar dan tumbuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H