Hidup di negeri asing dengan sumber daya terbatas tidaklah mudah. Setelah sebulan hidup dengan mi instan, Azqi memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Ia mencoba berbagai pekerjaan, mulai dari mencuci piring di kedai makan hingga mengangkut barang di pasar, ia melakukan pekerjaan ini selama setahun lamanya untuk menyambung hidupnya di korea. Meski pekerjaan itu berat dan upahnya kecil, Azqi menjalani semuanya dengan semangat. Baginya, pekerjaan itu bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang belajar bertahan hidup.
Selain tantangan finansial, sistem pendidikan di Korea juga memberikan tekanan tersendiri. Mahasiswa di sana dikenal sangat kompetitif, sering belajar hingga larut malam bahkan tanpa tidur. Tekanan ini sempat membuat Azqi merasa terpuruk, tetapi ia tidak menyerah. Perlahan, ia belajar untuk beradaptasi dengan ritme belajar di Korea dan menemukan caranya sendiri untuk bertahan. Azki juga bercerita bahwa semasa dia di korea azqi melakukan ujian atau tes menggunakan bahasa inggris untungnya diperbolehkan oleh pihak kampus yang azqi tempati, karena seharusnya azqi  menjawab ujian dengan bahasa korea sama dengan murid lainnya, tetapi karena mungkin dia salah satu mahasiswa asing yang tidak berasal dari korea maka dari itu pihak kampus memperbolehkan azqi untuk menjawab dengan bahasa lain khususnya bahasa inggris.
Pencapaian Akademik di Tengah Pandemi
Tahun 2021 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Azqi. Pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Korea Selatan. Ia sempat tertular virus tersebut, tetapi berhasil pulih tanpa komplikasi serius. Pandemi ini juga membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan. Berkat kebijakan universitas, Azqi tidak perlu menulis skripsi untuk kelulusan. Sebagai gantinya, ia cukup menyelesaikan TOPIK level 4 dan meraih skor IELTS 6.5.
Keberhasilan ini menjadi titik balik dalam perjalanan akademik Azqi. Setelah menyelesaikan program double degree di Korea, ia kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan sisa mata kuliah dan skripsi di UNIKOM. Proses ini tidak berjalan mulus. Dengan pembimbing skripsi yang sangat sibuk, Azqi harus menghadapi berbagai kendala administrative salah satu contohnya terkendala di skripsi yang tidak diperiksa hingga 6 bulan lamanya padahal target azqi  sebelumnya 3 bulan dia harus sudah menyelesaikan skripsinya. Namun, dengan dukungan dari dosen wali yang selalu membantunya dalam hal pemeriksaan skripsinya, Azqi akhirnya berhasil menyelesaikan studinya.
Karier dan Kehidupan Baru di Korea
Setelah lulus dari UNIKOM, Azqi tidak perlu menunggu lama untuk memulai kariernya. Sebelum wisuda, ia sudah diterima bekerja di Jakarta untuk mengisi waktu luang. Selama 1,5 tahun bekerja di ibu kota, Azqi merasakan keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Ia kembali ke Korea, kali ini sebagai mahasiswa magister dengan beasiswa penuh.
Selain menjalani kuliah, Azqi juga bekerja sebagai interpreter dan translator di sebuah perusahaan besar di Korea. Pekerjaan ini memberinya pengalaman baru sekaligus memungkinkan dirinya untuk mandiri secara finansial. Kini, ia tinggal di apartemennya sendiri, sebuah pencapaian besar bagi seorang perempuan muda yang pernah hidup dengan keterbatasan.
Menghadapi Diri Sendiri: Tantangan Kepribadian
Di balik semua pencapaian itu, Azqi menyimpan tantangan pribadi yang tidak kalah besar. Sebagai seorang introvert, ia merasa sulit untuk berteman dan berbicara di depan umum. Namun, ia menyadari bahwa dunia kerja menuntutnya untuk membangun koneksi dengan banyak orang. Dengan prinsip "jalani saja dulu," Azqi memaksa dirinya untuk keluar dari zona nyaman.
Moto hidupnya, " " (Lakukan saja dulu), menjadi pedoman yang selalu ia pegang. Bagi Azqi, keberanian untuk mencoba adalah kunci utama dalam menghadapi segala tantangan.