Nagoya, adalah kota pertama yang saya datangi di luar negeri. Enggak seperti kebanyakan wisatawan yang masuk ke Jepang melalui bandara Narita atau Haneda di Tokyo, dulu saya masuk melalui Nagoya Airport (sekarang Nagoya Airfield). Untuk penerbangan komersial, sejak tahun 2005 Nagoya Airport sudah digantikan oleh Chūbu Centrair International Airport. Hehe.. ketahuan deh, ke sananya sudah lama banget. Kalau masuk Jepang dari bandar udara lain, enggak usah kuatir. Aksesnya mudah, deh. Kota ini terlewati akses Tokaido Shinkansen, kereta cepat yang melayani rute Tokyo - Osaka.
Dengan populasi penduduk sekitar dua juta jiwa seperti Bandung, ibukota Aichi Prefecture ini termasuk empat besar kota berpopulasi tertinggi di Jepang. Padahal, luas Nagoya dua kali lipat Bandung, lho! Jadi meskipun jumlah penduduknya banyak, tapi enggak terlalu padat. Transportasi dalam kota pun mudah karena ada enam jalur subway, yaitu jalur Higashiyama, Meijo, Meiko, Tsurumai, Sakuradori, dan Kamiida. Peta jalur subway Nagoya dapat diunduh disini.
Terdapat berbagai pilihan objek wisata di Nagoya, yang pertama saya kunjungi adalah Toyota Commemorative Museum of Industry and Technology. Museum yang dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari Stasiun Subway Kamejima di Jalur Higashiyama ini sangat luas dan lengkap. Disini saya baru mengetahui bahwa bisnis otomotif Toyota berawal dari industri tekstil. Di paviliun permesinan tekstil, ditampilkan sekitar seratus mesin berbagai ukuran, dari mesin pemintal benang sederhana hingga mesin tenun pintar elektronik berkecepatan tinggi yang canggih. Selain itu ada pameran proses industri metal mulai dari pengecoran, penempaan, dan pemotongan. Sementara di paviliun otomotif terdapat pameran mobil dan replika pabrik perakitan mobil.
Berwisata itu enggak cuma wajib mengunjungi berbagai tempat wisata alam dan budaya, lho! Sebagai pencinta kuliner, tentunya saya suka mencoba berbagai makanan khas Jepang. Dulu saya enggak terlalu suka ikan, tapi setengah terpaksa saat tinggal sementara di Jepang saya mulai makan ikan goreng, ikan bakar, ikan asap, dan pencapaian tertinggi saya adalah.. makan ikan mentah! Bahkan sekarang, sushi dan sashimi termasuk dalam daftar comfort food saya. Ya, lengkap pakai secolek soyu / kecap asin dan sececah wasabi. Nyam-nyam.. Karena sangat suka makan udang, selama di Nagoya saya sangat sering membeli ebi furai alias udang goreng tepung di berbagai tempat makan. Walaupun ada di kebanyakan restoran Jepang, ebi furai merupakan salah satu makanan khas Nagoya. Tak lupa saya juga mencoba miso oden, kudapan yang ditusuk bambu dengan saus aka-miso manis yang hanya ada di kota ini. Kalau ada kesempatan pergi kesana lagi, saya ingin mencoba makan tebasaki, sayap ayam berbumbu yang digoreng dengan sistem deep fried. Selain itu saya juga ingin makan tenmusu, nasi kepal berisi tempura, udang goreng tepung. Belum pernah lihat sih di kota-kota lain di Jepang yang pernah saya datangi, sepertinya memang itu makanan khas Nagoya.
Bepergian ke Jepang untuk tujuan wisata sekarang semakin mudah. Sejak tahun lalu, paspor saya sudah diberi stiker visa waiver / bebas visa untuk kunjungan hingga 15 hari multiple entry yang berlaku tiga tahun. Asyik, kan? Bisa bolak-balik ke Jepang, nih! Semesta mendukung. Untuk pemegang e-paspor Indonesia, pastinya sudah tau tentang informasi bebas visa Jepang. Kalau belum, silahkan baca tulisan saya disini. Atau mungkin malah ada yang belum punya paspor? Silahkan baca langkah-langkahnya disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H