Ini Nagoya yang di Jepang ya, bukan di Batam. :D Seperti yang sempat saya singgung di tulisan mengenai Imperial Palace, saya datang ke Tokyo pakai Tokaido Shinkansen dari Nagoya. Kota ini adalah ibukota Aichi Prefecture dan termasuk empat besar kota berpopulasi tertinggi di Jepang. Waktu saya datang pertama kali ke Nagoya, bandaranya masih yang lama, belum pindah ke Chubu Centrair. Di kota inilah pertama kali saya melihat Karakuri Ningyo, tepatnya di Toyota Museum. Meskipun Aichi Prefecture berada di pesisir pasifik pulau Honshu, waktu itu saya tinggal di Toyota city [35°5′N 137°9′E / 35.083°N 137.15°E / 35.083; 137.15] daerah Mikawa (sebelah timur Nagoya) yg nota bene daerah pegunungan. Bener-bener berasa di dusun antah berantah deh, buka jendela kamar aja pemandangannya hutan. Praktis saya ga pernah buka-buka jendela lagi kalo malam, takut ada hantu yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. :p Enak sih udaranya, di musim panas aja saya masih berjaket kalo pagi & malam. Saking bosennya sama daerah pegunungan, saya mengajak teman yang orang Filipina untuk jalan-jalan ke pelabuhan Nagoya. Disini ada Nagoya Public Aquarium, akuarium besar berisi lumba-lumba, asyik... I always love seaworld. Sesampainya kami disana, ternyata untuk masuk seaworld tiketnya lumayan mahal. Gapapa deh, takut ga sempet lihat laut lagi selama di Jepang. Tentu saja tidak hanya lumba-lumba yang ada disana, tapi dari berbagai macam ikan dari lima benua sampai penguin pun ada. Lagi asyik-asyiknya memperhatikan sepasang lumba-lumba yang berkejaran dibalik dinding kaca seluas layar bioskop 21, tiba-tiba ada seorang bapak yang jatuh dan kejang-kejang. Para petugas seaworld bergerak cepat ada yang mengecek kondisi bapak itu, ada yang langsung mengambil kursi roda, ada juga yang saya dengar memanggil ambulans dari telepon genggamnya. Wah, sigap sekali orang-orang ini ya. Dalam waktu singkat, bapak itu sudah dibawa keluar. Mungkin dia ada phobia kali ya... apa itu istilahnya? Kalo hydrophobia kan takut air, nah kalo takut laut kan thallasophobia, atau mungkin phallainophobia alias takut ikan paus. Kasian juga. Saat kami makan di foodcourt seaworld, ternyata kami bertemu teman satu penginapan yang berasal dari Chile. Teman Filipin saya lupa namanya, tapi dengan semangat memanggilnya "Hey... Chile!". Haduh, bikin malu. Belakangan saya agak menyesal bela-belain pergi ke pelabuhan Nagoya, sementara sisa waktu saya di Jepang akan tinggal di daerah pesisir Yokohama. Disini nggak terlalu banyak obyek wisata, tapi lumayanlah saya sempat jalan-jalan ke Nagoya Castle dan Osu Kannon. Ceritanya tahun 1610, Tokugawa Ieyasu mindahin ibukota propinsi Owari dari Kiyasu ke Nagoya. Yup, Tokugawa Ieyasu itu orang yang sama yang mindahin ibukota Kyoto ke Tokyo. Kayaknya emang dia hobi mindah-mindahin ibukota deh... *apa sih? :p Nagoya Castle tuh dibangun dari material yang diambil dari Kiyasu Castle. Nggak cuma itu aja, selama pembangunan istana baru ini, seluruh kota termasuk 60ribu penduduk lengkap dengan kuil-kuilnya dipindahin juga ke sekitar Nagoya Castle. Woohoo! Ini baru namanya bedol kota. Nggak seperti Imperial Palace yang tertutup karena masih ditinggali Kaisar dan keluarganya, Nagoya Castle dibuka untuk umum sebagai objek wisata. Lokasinya ga terlalu jauh dari Nagoya station, trus biaya masuknya standar lah, 500 yen aja. Disekitarnya banyak taman & deretan kios bunga. Berhubung ini musim panas, yang banyak ya Hydrangea macam yang ada di Hasedera, selain itu ada juga bunga Iris & Lily.Masuk dari sub donjon (bangunan yang lebih kecil, 3 lantai) saya masuk ke main donjon berlantai tujuh. Di lantai pertama ada gambar mural & dekorasi Hommaru Palace, disini nggak boleh motret pake flash. Lantai dua sedang ga ada pameran jadi langsung lanjut ke lantai 3 yang berdekorasi Jepang jaman dulu, lengkap dengan suara dan pencahayaannya. Di lantai 4 dipamerkan baju perang plus pedang, helm dan sepatunya, mirip kayak yang dipake Takezo Kensei a.k.a Adam Monroe di serial Heroes. Oya, istana ini punya hiasan spesifik berupa ikan yang disebut kinsachi alias golden dolphin yang dipasang diatap. Sebenernya ikan ini lebih mirip ikan kakap dibandingkan lumba-lumba, tapi jelek kali ya kalo di-bahasa inggris-in jadi golden carp, xixixi... Sampai lantai 5, ada replika kinsachi berukuran sama dengan aslinya, bisa diduduki untuk difoto. Yang mau ber-narsis-ria kudu ngantri karena hampir semua orang pengen difoto disana sebagai bukti pernah ke Nagoya Castle. Sayangnya saya nggak bisa naik ke observation deck di lantai 7 karena sedang ada perbaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H