Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darahku dan Cintamu

11 November 2012   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darah ku Dan Cintamu

Aku masih menelusuri hiruk pikuk toko emas, mataku melirik ke kiri dan kanan mencoba mengingat toko emas yang ku kunjungi dua bulan lalu untuk membuat cincin lamaranku ke Ocha. Toko Sinar Emas, yah ku lihat lagi toko emas itu dan meyakinkan langkahku untuk masuk kedalamnya.

Aku tarik nafas panjang dan mengeluarkan kotak cincin emas dari saku celanaku, ingatanku kembali tertampar saat membuka kotak cincin emas buat Ocha, cincin yang ku beli saat gaji pertamaku menjadi seorang pegawai negeri sipil, cincin sederana untuk melamarnya menjadi pendampingku dan calon ibu dari anak-anakku kelak bersamanya. Namun tak pernah muncul difikiranku kalau orang yang ku cintai empat tahun lamanya menolak lamaranku hanya dengan alasan belum siap berjalan beriringan melewati rumah tangga dengan penghasilanku yang pas-pas'an. Dia seperti menampar wajahku dengan bola api kehidupan yang begitu panas membakar semua harapanku lalu dia pergi meninggalkan hatiku yang remuk dan berlenggang dengan cantiknya mencari ambisinya menjadi seorang model.

Terlalu sakit saat mengingat akhir cerita dengannya dan cincin ini begitu menyesakan dadaku. kini aku kembali pada toko emas hanya untuk membuang semua harapan yang telah hangus terbakar rasa kecewa, dengan hati yang sangat berat ku jual kembali cincin cintaku selama empat tahun pada Koko Chan yang berbadan putih tambun lalu aku pergi secepat mungkin meninggalkan Toko Sinar Emas.

Belum cukup lima belas menit, otakku di gerogoti kenangan bersama Ocha. Saat dia bilang "Mas nanti kalau kita menikah aku ingin memiliki dua orang anak, aku mau anak pertama seorang pria dan anak kedua wanita. Saat mas libur kantor kita kita jalan ke kawah putih lalu traveling ke ke raja ampat" semua tawa, manja dan suaranya menggoda ingatanku dan ku putar kembali sepeda motorku menuju Toko Sinar Emas. Aku berlari secepat mungkin ke toko itu untuk mengambil kembali kenanganku yang baru ku jual, namu dadaku semakin sesak saat cincin itu sudah tidak terpajang pada etalase emas milik Koko Chan.

" Ko... Maaf cincin yang barusan aku jual itu bisa ku beli kembali ?" Tanyaku dengan nafas yang masih belum beraturan

" Haiya, kamu olang ini bagaimana, balu jual sekalang mau beli lagi, cincin kamu sudah laku" Koko Chan berbicara denganku dengan dialek aneh mengganti huruf R menjadi L

"Kalau begitu saya minta no telepon pembelinya Ko, bisakan? Aku mohon Ko"

Melihat wajahku yang penuh dengan raut nasib tak jelas dan aura kesedihan yang mungkin terpancar dan bisa dibaca oleh Koko Chan, dia memberiku nota karbones berisi nama dan no hp pembeli cincin kenanganku.

***

Otakku masih berfikir apa yang harus ku bilang pada pemilik baru cincinku itu, bagaimana kalau dia tak ingin menjualnya kembali padaku. Semua pertanya itu muncul tanpa bisa ku jawab, lalu ku beranikan diri menekan no hp yang ada pada nota pembeian yang diberikan Koko Chan padaku. Terdengar nada sambung dari balik hp ku dan tak lama kemudia suar merdu itu menyapaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun