Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Patriot Bangsa Subianto Djojohadikusumo dan Eksistensi Perguruan Tinggi dan Wahana Iptek di Serpong

4 Januari 2025   16:06 Diperbarui: 4 Januari 2025   16:10 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paman Prabowo Subianto yaitu Subianto Djojohadikusumo dan Sujono Djojohadikusumo (Repro Buku Margono Djojohadikusmo via kompas.com)

Perjuangan Patriot Bangsa Subianto Djojohadikusumo dan Eksistensi Perguruan Tinggi dan Wahana Iptek di Serpong

Bulan Januari bagi keluarga besar Presiden Prabowo Subianto memiliki arti dan nilai sejarah yang amat istimewa. Tinta emas sejarah keluarga itu ditandai dengan peristiwa pertempuran Lengkong di Serpong pada tanggal 25 Januari 1946. Dalam pertempuran itu Subianto Djojohadikusumo gugur bersama dua perwira Polisi Tentara Resimen IV Tangerang dan 33 taruna lainnya dari Akademi Militer (AM) Tangerang. Salah satunya adalah adik kandung Subianto, yakni Sujono Djojohadikusumo. 

Ternyata sejarah menyatakan bahwa Subianto Djojohadikusumo memiliki peran yang luar biasa selain sebagai prajurit pejuang, dia juga sebagai aktivis mahasiswa dan menjadi ketua umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi pertama milik bangsa Indonesia yang didirikan dalam suasana revolusi Indonesia yang sedang bergelora.

Perguruan tinggi tersebut didirikan pada bulan Juli 1945 bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pengurusnya terdiri dari Mohammad Hatta (ketua), Mohammad Natsir (sekretaris), dan Rektor yang pertamanya adalah Profesor Abdul Kahar Muzakir.

Sebagai aktivis mahasiswa yang sangat militan dan berpikiran maju, Subianto terpilih menjadi ketua umum organisasi mahasiswa. Kampus STI yang terletak di Jalan Van Heutz Boulevard (kini Jalan Teuku Umar) No. 1, Jakarta juga menjadi pusat perjuangan rakyat untuk mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Selain sebagai sosok yang militan dan sangat berani melawan penjajah, Subianto juga merupakan pemikir pergerakan rakyat yang sangat hebat dalam membuat pamflet dan poster yang bisa menggerakkan perlawanan rakyat terhadap penjajah.

Subianto sebagai sosok intelektual publik sangat cepat mengikuti perkembangan dunia pada saat itu sehingga menjadi narasumber bagi berbagai organisasi perjuangan. Subianto yang sering berhubungan dengan Bung Hatta memiliki sikap intelektual yang haus akan kemajuan ilmu pengetahuan untuk bangsanya.

Subianto gugur dalam pertempuran lengkong, sedangkan kawan-kawannya sesama aktivis antara lain Eri Sudewo, Sjarif Thayeb, Chandra Alif, Darwis, Karimuddin, Djohar Noor, Aboe Bakar Loebis, Wahidin, Nasrun Iskandar, Subadio Sastrosatomo, Wikana, Armansjah, Bonar SK, dan Chairul Saleh melanjutkan perjuangannya.

Kawasan Puspiptek Serpong ( foto BRIN )
Kawasan Puspiptek Serpong ( foto BRIN )

Serpong Inspirasi Perjuangan Bangsa Meraih Kemajuan

Bagi ayah Presiden Prabowo, yakni Prof Sumitro Joyohadikusumo, gugurnya kedua adik kandungnya dalam pertempuran Lengkong sangat membekas dalam hati sanubarinya. Begawan ekonomi itu menjadikan Serpong sebagai inspirasi dan teladan perjuangan bangsa untuk meraih kemajuan.

Prof Sumitro memiliki gagasan besar mendirikan kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (Puspiptek) di Serpong. Daerah ini selain memiliki nilai sejarah perjuangan bangsa juga secara geografis sangat strategis posisinya.

Rencana dan gagasan besar Menristek Soemitro Djojohadikoesoemo ( 28 Maret 1973 -- 28 Maret 1978 ) dalam Kabinet Pembangunan yang dipimpin Presiden Suharto. Selanjutnya diteruskan oleh Menristek Prof.BJ Habibie, kawasan Puspiptek kemudian dikembangkan secara progresif. Saat itu BJ Habibie membangun kawasan puspiptek dengan mengambil contoh pusat inovasi teknologi Silicon Valley di Amerika Serikat (AS). Selain menjadi wahana transformasi teknologi dan industri yang berupa bermacam laboratorium dan pusat penelitian, dalam Kawasan Puspiptek yang kini bernama KST BJ Habibie juga terdapat perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Indonesia ( ITI ).

Perguruan tinggi ini didirikan oleh BJ.Habibie bersama para Menteri Kabinet Pembangunan seperti Menteri Perindustrian Hartarto, Menteri Pekerjaan Umum Suyono Sosrodarsono, Menteri Pertanian Hasrul Harahap, dan beberapa direksi BUMN serta didukung oleh organisasi profesi yakni Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam wadah Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia (YPTI).

ITI adalah bagian integral dari Puspiptek, sebagian dosen dan pengurusnya merupakan peneliti di lembaga Iptek yang terkait dengan transformasi teknologi dan industri. Sayang sekali pada saat ini ITI mengalami persoalan non akademis yang cukup serius.

Para alumni dan segenap civitas akademika ITI berharap kepada Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan perhatian kepada ITI agar memiliki status sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) dengan kebijakan khusus. Pentingnya pemerintahan Presiden Prabowo memberikan hibah tanah kepada ITI agar bisa bersaing menjadi perguruan tinggi yang mampu mengendalikan semangat zaman. Demi kemajuan Iptek, tidak ada salahnya jika ITI mendapatkan hibah tanah untuk pengembangan kampus. Seperti halnya hibah tanah kepada kelompok usaha tani. Apalagi penguasaan tanah pada saat ini oleh investor asing amat sangat luas, mestinya ITI sebagai perguruan tinggi yang fokus kepada pengembangan Iptek sangat layak untuk mendapatkan hibah tanah negara seluas puluhan hektar yang ada di sekitar Serpong.

Selama ini hubungan ITI dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) khususnya pengelola KST masih belum ideal. Masih ada kendala dan sekat birokrasi yang merintangi, seperti masalah sewa tanah kampus ITI yang terus menjadi masalah laten. Keniscayaan, ITI dan BRIN sebaiknya menjadi satu bagian yang terintegrasi.

Kawasan Sains dan Teknologi (KST) sendiri diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2017. Peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 22 November 2017. KST merupakan wahana yang dikelola secara profesional untuk mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui pengembangan, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penumbuhan perusahaan pemula berbasis riset.

Peraturan ini dibuat dalam rangka memfasilitasi perkembangan industri, khususnya pelaku usaha skala kecil menengah berbasis inovasi. Sehingga perlu disediakan layanan bagi industri dalam suatu kawasan yang memfasilitasi invensi menjadi inovasi, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Kawasan Sains dan Teknologi hadir untuk mendukung industri strategis di dalam negeri.

KST BJ Habibie berdiri di atas lahan seluas 460 Hektar. Saat ini terdapat 6 Organisasi Riset (OR), 24 Pusat Riset (PR), serta lebih dari 3.000 sumber daya manusia (SDM) yang beraktivitas di kawasan tersebut. Berlokasi di Jalan Raya Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, kawasan ini terbagi dalam beberapa zona yaitu, Zona Perkantoran, Zona Edukasi, Zona Ruang Terbuka Hijau, Zona Perumahan dan Fasilitas Publik, serta Zona Bisnis Teknologi. KST BJ Habibie dirancang untuk mensinergikan SDM yang terlatih dengan peralatan dan pelayanan yang mendukung riset terlengkap di Indonesia.

Sejumlah fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal seperti Iradiasi Gamma; Technology Business Incubation Center; Lab Fuel Cell, Konservasi, dan Konversi Energi; Lab Karakterisasi Lanjut; Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika, Lab Layanan Pengujian Kekuatan Struktur, Bioteknologi, dan Uji Emisi. 

Kampus ITI Serpong ( dok Humas ITI ) 
Kampus ITI Serpong ( dok Humas ITI ) 

Spirit Transformasi Iptek

Dalam era saat ini pertempuran Lengkong Serpong merupakan spirit transformasi Iptek bangsa untuk mendukung Asta Cita Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto. Tajuk prioritas pembangunan presiden terpilih Prabowo Subianto diberi judul Asta Cita menjadi grand design pembangunan nasional yang sesuai dengan semangat zaman. Faktor penting untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan berdaya saing tinggi adalah mencetak SDM bangsa khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Presiden Prabowo sering mengutip sajak atau puisi yang ditemukan di kantong baju perwira muda Subianto yang gugur dalam pertempuran Lengkong .Itu merupakan penggalan puisi karya Henriette Roland Holst yang tertulis dalam Bahasa Belanda.

Margono Djojohadikusumo, yang juga kakek Presiden Prabowo, meminta Rosihan Anwar untuk menggubahnya dalam Bahasa Indonesia. Bunyi syair itu menjadi: "Kami bukan pembina candi/ kami hanya pengangkut batu/ kamilah angkatan yang pasti musnah/agar menjelma angkatan baru..." Untuk mengenang dua adiknya, Sumitro Joyohadikusumo kemudian memberikan dua nama itu kepada anaknya yakni Prabowo Subianto dan Hashim Soejono.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI, Subianto semakin rajin menyambangi Wakil Presiden Moh Hatta, hingga dirinya gugur dalam peristiwa Lengkong, Januari 1946. Salah seorang sahabat Soebianto di STI, A. Karim Halim mengenang, dibawah kepemimpinan Soebianto, PP STI berkembang menjadi organisasi pemuda perjuangan. Tanpa kenal lelah, Soebianto kerap mengumpulkan para mahasiswa STI untuk menggembleng mereka dengan niaii-nilai kebangsaan dan kemerdekaan. Soebianto juga menitipkan berapa semboyan perjuangan kepada Karim Halim dengan pesan agar semboyan-semboyan. Itu ditulis dan dilukis di tembok-tembok kota, di trem, gerbong kereta api, dan di badan-badan oto mobil.

Dengan spirit perjuangan patriot bangsa Subianto Djojohadikusumo, Pemerintahan Prabowo perlu menempuh kebijakan nasional untuk menyelamatkan perguruan tinggi. Pembinaan atau bantuan yang diperuntukkan bagi PTS kurang dari enam persen dari total anggaran. Sementara PTN menerima kurang lebih 94 persen dari total anggaran. Dikotomi ini seharusnya tidak terjadi mengingat PTN dan PTS memiliki tanggungjawab yang sama dalam meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi.

Fakta menunjukkan bahwa intake atau daya serap jumlah mahasiswa PTS sangat massif setiap tahun akademis.Sekedar gambaran Universitas Pamulang yang merupakan universitas besar di Indonesia intake nya sekitar 25 ribu mahasiswa baru. Selain itu Universitas BINUS intake nya sekitar 24 ribu dari seluruh program atau prodi, dari jumlah tersebut 16 ribu mahasiswa mengikuti prodi sistem informasi dan ilmu komputer. Sementara itu PTN seperti misalnya ITB prodi informatika hanya meluluskan 250 orang per tahun, yang terdiri dari 2 sub prodi yakni SI dan informatika.

Data menunjukkan bahwa saat ini PTS mendidik sebanyak 72 persen mahasiswa, sehingga perhatian pada kualitas perlu ditingkatkan. Tantangan yang harus dihadapi PTS adalah proses pendidikan terjamin dengan manajemen mutu yang baik.

Seperti halnya tren di negara maju sedang populer istilah micro credential atau pengayaan kompetensi secara spesifik. ITI juga mesti mengadakan pengayaan ini yang mesti diberikan untuk mahasiswa dengan latar belakang atau fondasi keilmuan yang cukup kuat sehingga dapat lebih sesuai dengan kebutuhan yang sangat dinamis saat ini.
Micro Credential tersebut sangat dibutuhkan oleh dunia industri, terutama pada dunia industri digital saat ini yang berubah secara cepat. Kebutuhan kompetensi pada lima sampai 10 tahun ke depan akan berbeda dengan kompetensi yang ada sekarang. Hal tersebut didorong oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat dan banyaknya disrupsi yang terjadi.

Keniscayaan, transformasi perguruan tinggi adalah dengan membuka Program Micro Credential plus Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk beberapa prodi. Agar program tersebut efektif perlu melibatkan kementerian dalam Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden Prabowo.

Perlu dicatat pada tahun 1984, BJ.Habibie bersama tokoh-tokoh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mendirikan ITI yang dikelola oleh Yayasan YPTI. Visi dan misi pendirian ITI sangat progresif yakni mencetak SDM Iptek nasional yang masif dan berdaya saing global. Mahasiswa ITI diharapkan mengisi wahana transformasi teknologi dan industri nasional serta bisa menutup kekurangan jumlah SDM teknologi yang telah dicetak oleh perguruan tinggi lain. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun