Kehadiran Boeing dan Masalah Brain Drain SDM KedirgantaraanÂ
Sebagai pensiunan pekerja industri penerbangan (PT Dirgantara Indonesia) saya ikut gembira dengan peristiwa perusahaan pesawat terbang Amerika Serikat (AS) Boeing yang telah membuka kantor baru di Jakarta. Dengan demikian SDM industri kedirgantaraan nasional saat ini terutama yang muda-muda bisa memanfaatkan kehadiran industri raksasa penerbangan itu.
Begitupun pihak Kemenhub bisa lebih mudah melakukan koordinasi teknis terkait dengan masalah operasional dan sistem perawatan pesawat terbang buatan Boeing yang telah beroperasi di tanah air. Kemitraan dengan Boeing Company, salah satu stakeholder penting dalam industri penerbangan dan membantu menciptakan peluang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dan teknologi di Indonesia.
Hadirnya Boeing sangat berguna bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan industri penerbangan di Indonesia seperti supply chain dan sumber daya manusia.Â
Kita akan bekerja sama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang penerbangan yang mencakup pelatihan dan pengembangan keterampilan. Kemenhub dan Boeing Company akan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam aspek teknis penerbangan. Termasuk keselamatan dan keamanan penerbangan, pemeliharaan pesawat, serta inovasi teknologi.
Sayangnya kehadiran Boeing justru diwarnai oleh kondisi SDM kedirgantaraan yang masih prihatin akibat keputusan pemerintah menghapus dua proyek pengembangan pesawat terbang, yakni R80 dan N245 dari daftar proyek strategis nasional (PSN). Sudah barang tentu penghapusan proyek yang sangat strategis itu menimbulkan brain drain SDM teknologi bangsa.
Proyek pengembangan pesawat R80 yang sempat masuk dalam PSN ini dikerjakan oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI). Sedangkan proyek pesawat N245 digarap oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Penghapusan akan terjadi hilangnya keahlian bangsa yang selama ini dengan susah payah diwujudkan dengan biaya dan waktu yang panjang. Bahkan bisa terjadi musnahnya kompetensi tinggi dari ribuan ahli penerbangan/kedirgantaraan. Apalagi usia yang selama ini terlibat langsung pengembangan teknologi dan industri kedirgantaraan rata-rata hampir mencapai usia pensiun.
Brain drain SDM kedirgantaraan tentunya akan menyulitkan industri kedirgantaraan nasional dan menyebabkan ketergantungan penuh terhadap asing. Alasan bahwa kedua proyek itu akan diganti dengan pengembangan tiga proyek pesawat nirawak (drone) sangat klise dan semakin merusak peta jalan industri dirgantara.
Penghapusan PSN bidang pesawat terbang memupus terwujudnya jembatan udara yang tangguh dan kemajuan teknologi antariksa nasional yang merupakan impian para pendiri bangsa Indonesia.
Mestinya pemerintah memperbarui roadmap stakeholder nasional, bukannya malah menghapus proyek. Pembaruan peta jalan atau roadmap untuk kedirgantaraan nasional untuk membentuk ekosistem, baik dari sisi litbang (penelitian dan pengembangan), regulasi, industri integrator, industri UKM (industri kecil dan menengah), kebandaraan, operator dan maintenance aircraft.
Penyehatan ekosistem industri penerbangan nasional dapat tercipta dengan membentuk badan langsung di bawah presiden, yang akan memberikan arah dan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan daya tahan industri penerbangan nasional secara keseluruhan.
Roadmap bidang kedirgantaraan nasional sebenarnya telah dimulai dengan terbitnya Perpres No. 45 Tahun 2017 tentang Rencana Induk (Renduk) Keantariksaan Nasional yang disusun oleh LAPAN ( sekarang dilebur ke dalam BRIN)
Presiden Jokowi sebaiknya memasukkan kembali proyek R80 dan N245 menjadi PSN. Lebih baik merevisi keputusan Menko Perekonomian dari pada bangsa Indonesia kehilangan ikon masa depan yang sangat penting untuk meraih kemajuan bangsa. Untuk itu presiden perlu menyempurnakan kedua proyek itu dengan melibatkan para pemangku kepentingan secara lebih luas.
Serta memperbarui roadmap industri dirgantara nasional yang melibatkan empat kelompok pemangku kepentingan yaitu :
1. Industri Pesawat Terbang, yang di antaranya melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) yang secara intens terlibat dalam pembahasan wahana, yaitu pesawat terbang yang akan dibuat oleh industri pesawat terbang nasional dan matriks dukungan pemerintah untuk aerospace industries.
2. Industri airline yang diantaranya melibatkan Kementerian Perhubungan dan Indonesia National Air Carrier Association (INACA), yang secara intens akan terlibat didalam pembahasan tentang airline nasional dalam mendukung produk nasional.
3. Industri komponen yang diantaranya melibatkan Kementerian Perindustrian dan Inacom, yang secara intens akan terlibat dalam pembahasan tentang roadmap industri komponen pesawat terbang dalam melaksanakan perannya dalam rantai pasokan domestic maupun global.
4. Industri MRO yang diantaranya melibatkan Kementerian Perindustrian dan Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA), yang secara intens akan terlibat di dalam pembahasan pengembangan MRO.
Roadmap tersebut harus sedapat mungkin mengakomodasi semua aktifitas yang berhubungan dengan industri pesawat terbang, mencakup pesawat udara berawak maupun pesawat udara tanpa awak (UAV), mulai dari aktivitas kajian, penelitian dan pengembangan penelitian, proses desain dan manufacturing beserta rantai pasokannya, pengoperasian, perawatan, navigasi dan kebandaraan.
Presiden Jokowi sebaiknya meninggalkan legacy yang bisa dibanggakan oleh generasi bangsa mendatang dengan meneguhkan strategi untuk mencapai kemandirian teknologi dan industri dirgantara.
Yakni, pertama strategi dengan melakukan rekayasa dan rancang bangun secara mandiri. Contohnya adalah proyek nasional N219, R80 dan N245. Kedua, strategi dengan melakukan rekayasa dan rancang bangun, modal bersama dengan mitra, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ketiga, yaitu strategi mengundang mitra dari negara yang menguasai teknologi tinggi untuk berinvestasi dan memindahkan kompetensi teknologi tingginya ke Indonesia. Strategi nomor tiga ini ikut terlibat dalam pengembangan teknologi tinggi dunia dalam strategic partnership.
Pada saat ini merupakan momentum menjadikan Indonesia bagian dari supply chain industri penerbangan dunia. Dengan itu menjadikan SDM Indonesia tidak hanya ter-upgrade dengan know-how terkini dalam inovasi sekaligus juga bisa mewujudkan pekerjaan outsourcing engineering teknologi tinggi masuk ke tanah air. Semua itu bisa mendorong terwujudnya ekosistem klaster industri dirgantara di dalam negeri yang memiliki pondasi yang kuat.
Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang memiliki SDM terbaik di industri kedirgantaraan. Lebih dari itu, para ahli di bidang dirgantara tidak cuma berkarir di dalam negeri melainkan juga terlibat langsung dalam berbagai proses pengerjaan pembuatan pesawat terbang baik di Airbus maupun Boeing. Ini adalah kekuatan nyata SDM Indonesia di industri dirgantara sekaligus menjadi key success factor yang utama. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H