Ekosistem peperangan itu memiliki systems of systems. Banyak sub-sistem yang menjadi bagian dari peperangan, mungkin merupakan gabungan dari berbagai macam angkatan (laut, udara, darat, siber, dll). Sementara di masing-masing angkatan mempunyai peralatan serta logistik dengan berbagai komponen yang harus terhubung dan hal-hal lainnya yang terkait.
Ada juga sistem penginderaan, sistem komputasi, sistem logistik, sistem pergerakan, sistem keamanan dan lain sebagainya.
Secara umum kerangka kerja NCW mempunyai peran yaitu adanya:1) information superiority, informasi dan data menjadi aset penting dalam peperangan; 2) pemahaman situasi lebih tepat dan cepat (situational Awareness); 3) kecepatan bertindak (speed of command); hingga 4) data lebih rinci (deep sensor reach).
Sejak 2018 pihak militer Amerika Serikat melangsungkan kerjasama dengan Microsoft untuk mengadopsi headset Microsoft HoloLens 2. Kerjasama ini mengembangkan Integrated Visual Augmentation System (IVAS) untuk meningkatkan kemampuan angkatan darat. Sistem ini menghadirkan informasi peta, kompas hingga lokasi teman dan musuh. Kini, angkatan darat AS fokus kerjasama dengan industri pertahanan untuk merancang teknologi virtual reality guna mendukung simulasi dan pelatihan infanteri atau pasukan pejalan kaki dengan lebih efektif. Permintaan inovasi ini diharapkan dapat membantu infanteri angkatan darat dalam menjalankan misi dengan sukses.Â
Area misi perlu disesuaikan dengan kondisi cuaca, pencahayaan, medan, dan suhu yang relevan dengan kebutuhan pelatihan. Dengan adanya virtual reality untuk militer, anggaran bisa dihemat dan pengeluaran tambahan untuk transportasi, membangun jalan, hingga mempersiapkan gedung dapat diminimalisir. Pelatihan pada lokasi dunia nyata bisa dihadirkan dalam dunia simulasi virtual yang tetap terasa nyata.
Angkatan darat Amerika Serikat ingin memastikan bahwa teknologi VR dapat mewakili berbagai elemen pelatihan dan pelaksanaan misi. Diharapkan, perusahaan pengembang dapat melibatkan elemen pelatihan seperti lingkungan pertempuran, pendeteksi kimia dan biologi, hingga fitur pengintaian. Perspektif lain seperti mode operasi dengan berjalan kaki atau berkendara juga diperlukan.
Diharapkan, pengembangan teknologi tersebut dapat memfasilitasi peserta dari lokasi fisik yang berbeda untuk berpartisipasi bersama-sama dalam pelatihan virtual reality secara real-time. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H