Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Fenomena Daya Beli Turun dan Derita Upah Tak Layak

11 Agustus 2023   13:22 Diperbarui: 17 Agustus 2023   02:00 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibandingkan dengan negara lain, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih lebih rendah dari rata-rata negara anggota Organisasi Produktivitas Asia.

Eksistensi UMKM mestinya bisa menjadi penguat daya beli masyarakat. Eksistensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah menyerap tenaga kerja nasional sekitar 95 persen. Tidak hanya menyerap tenaga kerja, UMKM juga memberikan kontribusi pada PDB sebesar 62,58 persen.

Sebaiknya kita belajar dari Jerman terkait dengan pengembangan UMKM di sana. Kontribusi luar biasa dari UMKM Jerman terhadap ekonomi negaranya telah diteliti oleh Profesor Hermann Simon. 

Hermann Simon adalah pemikir manajemen yang sangat berpengaruh setelah Peter Drucker. Pernah menjabat kepala European Marketing Academy (EMAC). 

Ternyata eksportir Jerman tidak hanya terpaku oleh perusahaan besar. Tetapi justru dipacu oleh UMKM di sana. Patut dicatat, setengah dari UMKM yang unggul di dunia adalah berasal dari Jerman. 

Data demografi menunjukkan bahwa ada 20 UMKM per-seribu penduduk di Jerman. Itulah mengapa Jerman memiliki tingkat pengangguran pemuda yang rendah dibawah rata-rata negara maju di dunia. 

Oleh sebab itu pemerintah Jerman dari waktu ke waktu menempuh kebijakan pasar kerja yang memperkuat posisi UMKM. Keuletan dan daya inovasi UMKM di Jerman membuat negeri itu sangat kompetitif. Terbukti Jerman tetap konsisten menduduki 10 besar dalam Indeks Daya Saing Global.

UMKM jangan hanya diguyur berbagai pinjaman berbunga rendah dan bantuan usaha non tunai. Perlu juga pembinaan mentalitas entrepreneurship dan aspek daya juang atau adversity quotient (AQ) bagi pelaku UMKM. 

Pelaku UMKM perlu revolusi mental yang sebenarnya serta pengembangan untuk menembus persaingan yang semakin sengit. Kini UMKM telah menjadi jargon pembangunan yang sarat hiruk pikuk. 

Terlalu banyak seminar dan rapat-rapat yang membahas UMKM. Sederet program lintas kementerian dan pemerintah daerah telah dibuat, namun biasanya masih copy paste dan tumpang tindih. 

Realitasnya UMKM masih banyak yang tidak mampu melunasi pinjaman alias kredit macet dan tetap terpuruk daya saingnya. Mereka sedang menunggu bantuan lagi, apalagi di tahun politik. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun