Menikmati coklat panas dan nasi goreng, berada di gerbong restorasi, inilah perjalanan yang mengesankan, melewati persawahan, jalur kereta yang berkelok dan seakan menanjak, bahkan gerbong depan kereta terlihat jelas saat kereta meliuk liuk liuk.Â
Menghirup uap panas coklat besutan PT Reska Multi Usaha,sesekali mengunyah lezatnya nasi goreng, trip ke Bandung yang menyenangkan, adrenaline seakan dipacu saat melihat jembatan besi yang menjadi penghubung, entah berapa tinggi jembatan tersebut, namun bisa melihat ke arah lembah berupa aliran sungai.
Entah mengapa selalu jatuh cinta dengan coklat panas yang wadahnya terbuat dari kertas, manisnya pas dengan aroma coklat yang menggugah, episode seru lainnya saat melewati terowongan, untuk beberapa menit, kanan kiri kereta mendadak gelap, hanya suara rel beradu dengan roda kereta, kemudian setelah itu semua normal kembali.
Naik kereta juga belajar tentang sejarah peradaban masa lalu, banyak stasiun yang merupakan bangunan lawas dengan gaya art deco dengan jendela lebar dan tinggi. Namun saat ini bangunan peninggalan Belanda tetap dipertahankan, yang unik adalah perpaduan art deco klasik semakin lengkap dengan sistem navigasi modern, ketika berada di stasiun Cirebon misalnya, seakan menyaksikan perkawinan antara klasik dan modern, keren!
Mendidiek Jadi Lebih Baik Kenapa Tidak
Pria kelahiran 6 September 1961, telah membawa perubahan besar di wajah kereta api tanah air, melewati masa kepemimpinan tranformasional, adaptasi. Bisa di bilang sosok Drs. Didiek Hartantyo,M.B.A telah sukses melewati masa pandemi dan recovery dengan mulus.
Tentu tak mudah ketika menjadi Dirut KAI melewati masa pandemi covid, kelesuan penumpang sangat terasa karena adanya pembatasan berpergian saat itu. Namun ternyata alumni Universitas Sebelas Maret yang dahulunya adalah seorang bankir.
Saat ini KAI makin moncer dengan tangan dingin Didiek Hartantyo, apalagi beliau sukses untuk proyek nasional di bidang perkereta apian seperti LRT Jabodetabek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung. Masyarakat kerap mengkritik kereta cepat sebagai proyek ambisius, namun dalam perjalanannya si Woosh kerap menjadi kereta andalan dengan waktu tempuh nan singkat antara Jakarta Bandung.
Perubahan acapkali membuat orang atau instansi tergagap gagap untuk bisa menyelaraskan, namundi tangan Didiek Hartantyo telah melewati masa masa sulit, diperlukan budaya inovasi dan kreativitas, selain itu ternyata kunci sukses KAI untuk tetap terdepan melayani pelanggan yakni dengan cara meningkatkan kapabilitas karyawan.
KAI terus bertumbuh karena menganggap karyawan adalah aset berharga, tak ayal ketika berhadapa dengan pelanggan, begitu antusias melayani sehingga pelanggan KAI menjadi nyaman, pelayanan KAI memang mempunyai kelas tersendiri.