"Nggak bisa,Nini harus tetap di Rajawetan, jangan ke mana mana," sergah Radit cepat.
"Nini harus nginep di Cirebon, rumahku.Nanti Nini jalan jalan ke mall ya Ni,"Santi menukas.
"Jadi lieur Nini ini mah mau tinggal di mana," kekeh Nini seraya memandang saya cucu dan buyutnya yang merubunginya.
"Emih di tunggu di ruang tengah, kita makan bersama,"Mang Ono meminta Nini masuk ke dalam rumah.
Nini mengangguk, beliau berdiri, Santi, Radit dan Hartono berebut menggapit tangan Nini.Persaingan Hartono dan Radit ternyata bukan di lapangan saja, untuk menuntun Nini  mereka berebutan, dua duanya tak ada yang mau mengalah.
"Sudah sudah, Radit menuntun Nini sebelah kanan, sedang Hartono sebelah kiri,sedang Santi bawa tongkat Nini, adil kan,"saran Nini.
Hartono,Radit dan Santi setuju dengan usulan Nini, mereka gembira bisa dekat dan menuntun Nini kesayangan, akhirnya Nini berjalan menuju ruang tengah, mendapat pengawalan arah kanan kiri dan belakang. Solusi Nini ternyata ampuh,Hartono dan Radit yang kerap bertengkar, kini anteng menuntun Nini.
Ruang tengah telah tersaji makanan, gurame asam manis, balakutak,sayur asem, tempe tahu,bakakak hayam, sambal, karedok dan tentu saja lalapan.
"Yuk Mih, makan dahulu," Mang Ono menyendokan nasi ke piring.
Setelah Nini menyuapkan nasi,semua yang ada di ruang tengah baru menyendokan nasi ke piring masing masing, suasana makan siang terlihat seru, Radit mengambil paha pada bakakak hayam,Hartono pun tak mau kalah, Â paha kanan dan kiri akhirnya milik mereka, arisan keluarga serunya ngumpul bareng, ketemu kerabat dan juga para sepupu.
Mamahnya Hartono mengocok gelas arisan, biasanya yang memenangkan arisan, dua bulan berikutnya menjadi tuan rumah, siapa lagi ya yang akan menang arisan.
"Keluarga Santi Cirebon!"