Sangat menyenangkan bila melihat mangga sudah berbuah, sebentar lagi mangga bisa di panen .Hampir di seluruh pekarangan rumah warga Rajawetan mempunyai pohon mangga, bila berbuah terlihat menggiurkan, apalagi bila berada di bukit Bubulak, bukit kecil di sebelah timur desa. Pemandangannya cantik, ada sawah serta bisa melihat langsung Gunung Ciremai dari Bukit Bubulak.
"Alhamdulillah, menurut Mang Kasmin kebun mangga kita berbuah lebat," ujar Ayah kepada Bunda.
"Panen lagi ya Yah? Â Tidak terasa sudah musim mangga lagi,"sahut Bunda.
"Nanti Ayah dan Mang Kasmin ngecek ke Bubulak, memastikan mangganya siap panen," lanjut Ayah sambil mengambil pisang goreng.
"Yah boleh nggak Radit bersama teman teman main ke Bubulak, memetik mangga " harap Radit.
"Boleh boleh saja, tapi jangan kebanyakan makan mangganya, nanti sakit perut," ujar Ayah mengingatkan.
Radit bersorak kegirangan, dengan cepat ia menghubungi teman temannya, mengajak mereka menikmati mangga di Bukit Bubulak, tak lupa Radit meminta Tolib menyiapkan bumbung bambu. Musim mangga telah tiba saatnya menikmati Rujak Locok,terbayang kesegaran mangga yang dipadukan gula merah,gula putih,cabe rawit merah, cabai keriting,garam, sedikit terasi.Perpaduan manis,asem membuat Rujak Locok mangga.
@Radit
[Hallo semuanya sebentar lagi kita ke Bubulak ya,panen mangga,kita bikin Rujak Locok,@Tolib siapin bambu ]
Tak berapa lama setelah Radit memposting di grup Whatsapp, terdengar sahut- sahutan di grup WA.
@Tolib
[Urusan bambu mah siap euy]
@Neng Dewi
[Asyik ngerujak locok, ikuuut!]
@Titin
[Aku siapin bumbu ya]
@Bagas
[Kita ke Bubulak bertujuh saja Dit?]
@Radit
[Nggak, nanti ada Ayah dan Mang Kasmin]
Setelah menghubungi teman teman melalui  whatsapp, Radit menuju kamar mandi,saatnya gosok gigi, cuci kaki, bersiap untuk istirahat, karena petualangan baru akan Radit persiapkan bersama teman temannya. Bersyukur Radit rasakan, punya Ayah Bunda yang baik, keluarga bahagia, lebih seru adalah, meski berada di kampung nan sunyi, ia punya sahabat sahabat terbaik.
Jam menunjukan pukul delapan tiga puluh, Tolib telah membawa empat bumbung bambu, ada juga Bagas,Gopar, selain itu ikut juga Neng Dewi, Titin dan Maya.Mereka berada di halaman rumah Radit dan bersiap untuk berangkat ke Bubulak, namun Ayah terlihat masih menunggu,sedangkan Mang Kasmin terlihat gagah dengan memakai dudukuy dan menyelipkan bedog di pinggang.
"Nunggu siapa lagi sih Dit? Kok belum jalan juga,"ujar Gopar tak sabar.
"Sepertinya Ayah menunggu seseorang, tapi aku tidak tahu siapa yang ditunggu Ayah," jawab Radit.
Ketika mereka bercengkrama sambil menunggu berangkat, terlihat mobil bak terbuka mendekati rumah Radit, ternyata yang datang adalah Mang Ono, pamannya Radit, adik dari Ayah Radit.Mang Ono tak sendiri,ia bersama Hartono, sepupu Radit yang bersekolah di SD Mekarjaya.
"Hai Radit, apa kabar? Salam lima jari ya," ujar Hartono nyengir.
Radit tersenyum kecut melihat Hartono, kenapa juga ia ikut Mang Ono sih, kan gini jadinya. Radit mencium tangan Mang Ono, ia pun berjabat tangan dengan Hartono, teman teman Radit juga kenal Hartono. Gopar, Tolib dan Bagas masih ingat tentang kejadian babak penyisihan kejuaraan sepak bola antar SD, Hartono lah yang mencetak gol ke gawang Radit, sehingga tim SD Rajawetan kalah.
"Oke saatnya kita berangkat," ucap Ayah.
Mang Ono menyetir mobil, ayah mendampingi di depan, sedangkan rombongan anak anak bersama Mang Kasmin berada di belakang, di bak terbuka. Mobil melaju melewati persawahan yang menghijau, kemudian jalanan menanjak, mereka gembira dan menikmati perjalanan ke Bubulak rame rame.
Langit bersih tanpa gumpalan awan, kebun mangga terlihat bersih terawat, ini karena Mang Kasmin yang teliti memelihara pohon pohon mangga, dari beberapa pohon ada yang di kasih reumpeuk, penghalang agar orang tidak bisa memanjat pohon.
"Itu lihat di sebelah sana, mangganya ranum dan menyegarkan,"ujar Neng Dewi.
"Kalian boleh main sepuasnya di sini, kalau ada apa apa minta tolong Mang Kasmin,"ucap Ayah Radit.
Titin dan Maya mempersiapkan tikar, dibantu Gopar, Tolib sibuk dengan bumbung bambu yang dibawa,Bagas, Radit dan Hartono mengikuti Mang Kasmin untuk memetik mangga. Liburan di kebun mangga ternyata menjadi hal menyenangkan.
Mereka asyik melihat lihat mangga yang sebentar lagi panen, selain itu mendengarkan penjelasan Mang Kasmin, jenis jenis pohon mangga yang ada kebun.
"Ini namanya mangga Cengkir, bentuk buahnya besar dengan serat yang khas, cocok untuk rujakan kalau sudah gumading atau mengkal, bentuknya agak lonjong dengan kulit lebih tebal," papar Mang Kasmin.
"Untuk rujak locok pas atuh nya Mang," celetuk Maya.
Mang Kasmin mengangguk setuju,pandangan Maya tertumbuk ke mangga yang bentuknya panjang, unik dan lain dari pada buah mangga umumnya.
"Mang kalau itu jenis mangga apa" tanya Maya.
"Oh itu mah mangga Golek, bentuknya memang lucu, tapi rasanya manis lho,kalau yang ini tekstur buahnya tak berserat," tukas Mang Kasmin.
"Disini ada mangga Gedong nggak Mang?Aku paling suka bila sudah matang,manis banget rasanya,"celetuk Neng Dewi.
"Tuh di sebelah mangga Cengkir," tunjuk Mang Kasmin," kalau masih muda asam banget rasanya, buahnya relatif kecil mirip apel, mangga Gedong termasuk mangga dengan harga mahal."
Anak anak mengagumi pengetahuan Mang Kasmin tentang jenis jenis mangga, selain mangga Cengkir,mangga Golek dan mangga Gedong, dikebun di tanam juga jenis mangga Kidang dan mangga Kopek.
"Main sudah, mengenal jenis jenis mangga sudah, saatnya kita ngerujak locok yuk,"ajak Bagas.
"Hayuklah, tenang aku akan memanjat pohonnya,"tawar Radit.
Tak berapa lama ia menghampiri pohon mangga Cengkir, dengan terampil ia memanjat pohon, kemudian beberapa mangga berjatuhan, Neng Dewi berteriak girang memunguti mangga mengkal, setelah di rasa cukup,Radit turun dengan cepat, diatas pohon ternyata banyak semutnya.
Mereka duduk melingkar, potongan mangga dimasukan ke dalam bumbung bambu bersama cabe keriting,cabe rawit, gula putih, gula merah dan sedikit terasa, lalu ditumbuk untuk beberapa lama,setelah beberapa saat isi dari bumbung bambu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah.
Rujak Locok telah siap, mangga gumading dengan bumbu-bumbunya telah menyatu, tak pelak rujak pun di serbu anak anak, perpaduan pedas dan juga asam manis membuat Rujak Locok nikmat banget, bahkan Tolib menuangkan langsung bumbung bambu ke arah mulutnya, sedangkan Radit menjilati kayu penumbuk yang bumbu rujaknya masih menempel.
"Dasar anak cowok, makan rujaknya barbar banget deh,"ledek Titin.
"Paling enak menikmati Rujak Locok seperti ini lho," jawab Tolib cepat.
Kompakan mereka tertawa saat mendengarkan jawaban Tolib, Rujak Locok dengan mangga yang dipetik langsung memang menggugah selera, senang sekali berada di kebun mangga, mau mangga mana pun bisa langsung dipetik, Ayah Radit membolehkan teman teman Radit membawa pulang mangga.
Alhasil ketika mereka pulang, masing masing membawa satu kresek besar mangga, betapa senangnya Neng Dewi,Titin,Maya,Bagas,Gopar dan Tolib membawa pulang mangga. Mungkin di panen yang akan datang bisa diajak kembali bermain di kebun mangga Radit.
Keterangan:
Dudukuy(Bhs Sunda)=Topi caping dari anyaman bambu
Bedog(Bhs Sunda)=Golok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H