"Jangan lupa juga lho, suaminya Bi Odah yakni Mang Kasmin, jago masak nasi. Hampir semua hajatan di desa ini yang masak nasinya adalah Mang Kasmin," balas Radit.
"Suami istri yang kompak. Eh jadi kan kita mancing disungai Cipager besok?"tukas Bagas sambil melirik sahabatnya.
"Entahlah, tapi agak bosan juga ya kalau sudah belajar daring, kapan kapan kita mancing di Cipager yuk," ajak Radit.
"Kalau begitu kita siapkan pancingnya meureun, kenur dan juga bambu sebagai gagang pancing,"ujar Bagas.
"Sayang ya Gas, kita sudah tidak bisa memancing beunteur di sungai Cipager, andai masih ada tentu asyik nyari beunteur," ungkap Radit kepada Bagas.
"Bukan tidak bisa atuh Radit untuk memancing beunteur tapi sekarang ikan itu tak semudah dahulu saat mendapatkannya, begitu kira kira Bi Odah mengatakan tadi," jawab Bagas.
Radit mengangguk ngangguk, benar juga apa yang dikatakan Bagas, bahwa bisa saja ia mendapatkan beunteur di sungai Cipager,namun yang harus dilakukan adalah tahu dimana para beunteur itu berada disungai.
Kalau ingat cerita Bi Odah, ingin rasanya Radit berada di kampung zaman baheula, saat tak ada listrik, mungkin juga pastinya tak ada hape, suasana desa yang asri dan Cipager masih banyak beunteur.
"Kita bantuin Aa Dedi yuk buat persiapan sholat Ashardi masjid," ajak Bagas.
"Oh iya sebentar lagi waktu Ashar tiba."
"Tapi aku ke rumah dahulu ya untuk ambil kain sarung,"jawab Radit.