Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melawan Rezim Narasi Tunggal Orde Baru dengan Menulis

20 November 2016   20:07 Diperbarui: 21 November 2016   01:29 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                Tiga nara sumber yang memberi pencerahan di acara Nangkring Kompasiana Saatnya Warga Menulis(dokpri)

 Sempat dilanda ke engganan untuk berpartisipasi dalam acara nagkring Kompasiana kali ini, dengan jarak lumayan jauh, Tangerang gitu lho, secara domisili penulis mukim di ujungnya kabupaten Bekasi. Namun dorongan kuat untuk menggali ilmu dari nara suber yang berkompeten akhirnya memutuskan juga untuk mendaftar di hari hari terakhir, ternyata takdir berkata lain yang membuat nama penulis tertera sebagai peserta nangkring dengan tema yang cukup menantang yakni Saatnya Warga Menulis yang mengambil tempat di Indonesia Convention Exhibition(ICE) BSD Tangerang.

Kendala transportasi tidak masalah meski memang tempat acara jauh, dengan menggunakan kartu flazz Kriko Kompasiana semua bisa di atur, naik Trans Jakarta dan berhenti di halte Stasiun Cawang, lanjut naik commuter line menuju stasiun Rawa Buntu dan numpang gratisan dengan shuttle bus yang di sediakan ke lokasi ICE BSD. Bertemu dengan Kompasianer yang juga peserta nangkring, beruntung ketemu Mas Kevin yang sudah mempersiapkan tiket masuk.

Ternyata acara sudah di mulai, di panggung nara sumber yakni Kang Maman Suherman, Bang Iskandar Zulkarnaen dan juga Mbak Yayat sudah on stage. Kompasianer pun sudah banyak yang hadir, ada Mas Rizky yang memoderatori acara. Ketiga nara sumber pun membedah tentang tema Saatnya Warga Menulis yang memberi pencerahan baru tentang penulisan bagi warga biasa di era digital ini.

Puisi Angsa Putih Menerbangkan Keyakinan Kang Maman Bahwa Menulis Adalah Membahagiakan

img-20161106-154220-5831eaa87097732b0c6e9826.jpg
img-20161106-154220-5831eaa87097732b0c6e9826.jpg
                                                                 Kang Maman Suherman, memulai karier penulisan dengan honor sebesar 50 rupiah(dokpri)

Kang Maman sebagai nara sumber pastinya wow banget nih, pria kelahiran Makasar 10 November 1965 adalah seorang yang berkecimpung di bidang jurnalistik, di mulai sebagai wartawan Nova pada tahun 1986, memiliki segudang cerita yang di bongkar saat acara nangkring, ihwal kenapa Kang Maman mulai tertarik dengan dunia literasi adalah kekagumannya saat masih duduk di bangku kelas empat SD, kakak kelas kang Maman yang berkulit putih memberi inspirasi puisi yang di kirimkan ke media cetak, alhasil karya pertama kang Maman yang di hargai dengan honor 50 rupiah membuat beliau terbang tinggi, honor tulisan dan bukti di muatnya puisi yang di tunjukan kepada sang pujaan hati memberi gambaran bahwa menulis adalah sebuah kebahagiaan.

Dengan bekal pendidikan jurusan kriminolog akhirnya Kang Maman menjadi wartawan di grup Kompas mulai dari tahun 1986 tahun 2003. Mengutip pernyataan dari Pramoedya Ananta Toer yakni Menulis adalah bekerja untuk keabadian mendorong Kang Maman terus menulis. Jika melawan kebisingan harus dengan berteriak keras keras tetapi dengan menulis meski dalam suasana hening, perlawanan terjadi dalam tulisan karena karya kita di baca oleh orang orang, itu lah pentingnya mengapa kita harus menulis.

Untuk ke kinian bahwa seorang jurnalisme warga adalah mempunyai peran sebagai penulis, editor, pemasar dan juga produser bagi dirinya sendiri di media sosial. Namun meski pun jurnalisme warga tapi harus juga mematuhi 9 elemen jurnalistik Bill Kovach yang di dalamnya mengandung filosofi seperti jurnalisme itu mengejar kebenaran,jurnalisme itu disiplin menjalankan verifikasi, independen terhadap sumber berita, menjadi pemantau kekuasaan, berusaha keras membuat hal penting menjadi menarik dan relevan, menjaga berita menjadi proposional.

Era digital memunculkan para buzzer yang memiliki 100 ribu follower di twitter bisa di kontrak perusahaan perusahaan dengan ngebuzz dan di bayar jutaan rupiah. Selepas menjalani profesi wartawan, Kang Maman bekerja di biro iklan dan dengan modal sebuah tagline yang di pakai sebuah perusahaan ternyata mampu menghidupi biro iklan yang di pimpinnya selama 12 tahun. Menurut Kang Maman satu hal yang paling di ingat tentang dunia penulisan adalah petuah dari Jacob Oetama yaitu” Kalau kamu cuma menulis untuk cari uang, Kompas bukan tempatnya tetapi menulislah tentang dua hal yaitu pencerahan dan pemerkayaan.”

Mendapat Trik Menulis Paten Dari Bang Isjet

Meski sering merasa jengkel karena berkali kali Kompasiana error tapi tetep saja nulis di Kompasiana adalah sebuah keasyikan tersendiri, itulah yang di rasakan penulis yang sangat mungkin di rasakan oleh Kompasianer lainnya. Jurnalisme warga mengalami momentum luar biasa dengan kehadiran Kompasiana, dengan aliran tulisan perhari yang bisa mencapai 800 artikel, jumlah kunjungan rata rata perbulan mendapat 30 juta pembaca, jumlah pemilik akun yang tergabung di Kompasiana sekitar 350 ribu. Paparan Iskandar Zulkarnaen yang menjabat sebagai Asisten Manager Kompasiana memberikan gambaran betapa antusiasnya warga untuk menulis.

Trik menulis pun di bedah oleh Bang Isjet, pria Betawi yang tak pelit membagi ilmu dan memberikan kiat kiat menulis dengan cara runut yang mudah di pahami, Booth Group of Digital Kompas Gramedia di Pekan Raya Indonesia terasa hangat dengan penjelasan Bang Isjet yang memaparkan manfaat menulis bagi warga biasa di era digital kekinian, para kompasianer terlihat antusias dan komunikasi dua arah antara nara sumber dengan para kompasianer begitu menarik untuk di simak.

Bila wartawan menulis itu karena untuk kepentingan publik, sedangkan warga menulis untuk kepentingannya, bila tulisan kita di baca oleh sejumlah pembaca dengan jumlah signifikan bisa jadi tulisan tersebut mewakili kepentingan banyak orang. Warga biasa menulis sepatutnya menulis secara konsisten dan dengan satu gaya tulisan yang khas sehingga kita pun di kenal dengan ke khasan yang kita miliki.

Blogger untuk saat ini menurut Bang Isjet mulai di perhatikan dan di perhitungan, sebagai contoh adalah semakin banyaknya blogger Indonesia di undang ke negeri jiran Malaysia. Sejak tahun 2010 sudah banyak blogger Indonesia yang menjajaki kota kota di Malaysia untuk melaporkan reportasenya, menurut Bang Isjet karakter blogger Indonesia di sukai oleh penggiat media di Malaysia. Ini sebuah bukti bila blogger mengutamakan kualitas maka di pastikan tawaran pun datang dengan sendirinya.

Hal yang perlu di pikirkan ke depannya oleh blogger adalah hadirnya sebuah wadah bagi para blogger untuk bisa mengadvokasi tulisan tulisan yang di hasilkan blogger, jika para wartawan mempunyai organisasi profesi semacam PWI atau pun AJI, langkah ini pun semestinya bisa di mulai oleh kalangan blogger.

Berbagi Ilmu Ala Kompasianer Of The Year 2016, Cara Nyonya Vale Menuangkan Ide Kreatif Dalam Tulisan

Bila kompasianer sering ikutan nangkring, so pasti nggak asing lagi dengan penulis yang imut imut dan sering di sangka cowok karena namanya, dialah Mbak Ya Yat yang aseli perempuan lho, meski imut imut secara phisik tapi soal nulis menulis terutama tentang ngulik Moto GP wabil khusus tentang Valentino Rossi, Mbak Ya Yat adalah jagonya, hampir sebagaian besar tulisan si Mbak ini ber materikan pernak pernik Moto GP dan juga Akang Vale.

Hadir dalam acara Kompasiana Nangkring dengan tema Saatnya Warga menulis, terlihat Mbak Ya Yat masih powerpull,bersemangat padahal sebenarnya ia baru saja balik dari Malaysia untuk liputan Moto GP di Sepang dan di lanjut dengan liputan Malaysia Fashion Week. Menurut Mbak Ya Yat kalau tidak menulis di Kompasiana rasanya mustahil bis di undang ke Malaysia yang justru lebih memilih blogger Indonesia di banding blogger bloger asal Malaysia. Atmosfir media di negeri jiran Malaysia bahwa profesi blogger maupun pewarta tidak di bedakan.

Kiat dari Mbak Ya Yat yang perlu kita renungkan juga ialah, blogger itu harus aktif secara online maupun offline,maksimalkan media sosial yang kita punya, dengan ke aktifan kita di online dan offline akan memberikan dampak positif, mungkin hari ini blogger cuma di ajak makan misalnya, tapi siapa tahu untuk ke depannya malah mendapat tugas peliputan yang tak terbayangkan sebelumnya. Membangun jaringan adalah hal yang harus tetap di perhatikan para blogger.

Media Warga Di Era Milenia Dan Nasib Penulis Di Era Orde Baru Sebuah Renungan Untuk Kita Semua

img-20161106-142221-5831eb15d87a612b357b9417.jpg
img-20161106-142221-5831eb15d87a612b357b9417.jpg
                                                                                                     Peserta nangkring terlihat antusias dengan pemaparan nara sumber(dokpri)

                                                              

Bagaimana pun reformasi beberapa tahun lalu merupakan berkah tersendiri yang patut di syukuri, saat ini informasi begitu cepat terakses dengan kemudahan jaringan internet, namun itu tak dapat di alami saat rezim Orde Baru berkuasa. Kang Maman Suherman merasakan betul betapa dahsyatnya cengkeraman rezim narasi tunggal Orde Baru, sebagai pemimpin redaksi, Kang Maman mengalami sendiri betapa dikte rezim begitu kuat.

Untuk menerbitkan sebuah tulisan di media harus mendapat pantauan dari Departemen Penerangan, menurut Kang Maman bahwa sensor di rezim Orde baru begitu ketat dan itu sangat menyakitkan bagi penulis. Kebenaran selalu ada untuk rezim yang berkuasa, semua serba di atur. Penuturan Kang Maman tentang deadline tabloid Nova yang harus di tongkrongin penguasa agar tahu yang mana yang harus di terbitkan membuat penulis merinding, sungguh beruntung ternyata kita yang saat ini menjadi blogger di banding era nya Kang Maman Suherman dan jurnalis media lainnya sebelum era reformasi.

Narasi tunggal ala Orde Baru memberikan bekas yang mendalam bagi Kang Maman, dan saat rezim Orde baru tumbang di tahun 1998, ada nazar yang di laksanakan yaitu Kang Maman membabat habis rambutnya, bila kini melihat Kang Maman tetap plontos itu adalah bentuk nazar yang di lakukan. Di era reformasi Kang Maman sangat berbahagia ternyata jurnalisme warga berkembang pesat.

Berbahagialah Berbagi Cahaya Dengan Tulisan

Ketiga nara sumber di acara Nangkring Kompasiana Saatnya Warga Menulis yang menampilkan Kang Maman Suherman, Iskandar Zulkarnaen dan Mbak Ya Yat memberikan pengalaman baru untuk dunia tulis menulis. Motif menulis bukan sekedar mendapatkan materi, namun menulis berbagi cahaya kebaikan untuk sesama, berpihak pada hati nurani dan juga berpihak pada kebenaran.

Rumusan tulisan 5 W +1 H sudah lazim di pakai sebagai pakem mainstream tulisan namun ternyata itu tidak cukup, ada 5 R yang memperkuat tulisan yakni Read, Riset, Reliable, Reflicting dan (W)rite, ini merupakan kunci agar tulisan tetap terarah dan bisa di pertanggung jawabkan. Ke semua nara sumber memberikan pencerahan yang kaya makna, jangan ragu menulis dan jangan minder untuk menulis walau hanya warga biasa. Kalau kita tidak menulis di pastikan kita akan di telan sejarah.

Aktualisasi diri saat menulis dan jangan lupa bahwa menulis itu membaca sepuluh kali, maka galilah terus potensi diri maka nantinya kita akan menemukan jalan terbaik saat menulis, karena menulis adalah sebuah kejujuran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun