Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Upaya Bappenas Agar Indonesia Terlepas dari Jebakan Kelas Menengah Bawah

5 September 2016   19:53 Diperbarui: 25 September 2016   22:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Bicara Kompasiana dengan narsum ketua Bappenas(dokpri)

Taman Suropati yang di tumbuhi bunga bungaan cantik, suasana lalu lintas yang ramai di antara meremangnya cahaya mentari, sebuah gedung dengan desain art deco dan tertulis jelas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional di bagian depan gedung, alhamdulillah akhirnya sampai juga di acara Kompasiana Tokoh Bicara. Beruntung bertemu dengan kompasianer langganan juara ngeblog, Kang Rushan Novaly maka kami pun berdua menuju ke tempat acara yang berada di lantai 2 gedung Bappenas.

Para kompasianer sudah banyak yang hadir, sambil menunggu pak menteri maka kompasianer berbincang santai seraya menunggu waktu maghrib yang hampir tiba, setelah adzan berkumandang peserta pun menunaikan sholat berjamaah. Menit menit pun berlalu namun pak menteri belum tiba, menurut pembawa acara bahwa mungkin ada sedikit keterlambatan karena Pak Bambang masih berada di gedung DPR.

Saat Pak Bambang Bertenaga Jabarkan Bappenas Dalam Konsep Pembangunan Nasional

Ketua Bappenas sangat bertenaga saat menerangkan konsep Bappenas mengawal negeri(dokpri)
Ketua Bappenas sangat bertenaga saat menerangkan konsep Bappenas mengawal negeri(dokpri)
Usai makan malam, saatnya mendengarkan pak menteri untuk menjabarkan konsep Bappenas untuk pembangunan nasional, dengan lugas dan gamblang dan bahasa yang mudah di cerna, pria yang lahir di Jakarta 3 Oktober 1966 memaparkan Bappenas saat di zaman Orde baru dan pasca Orde Baru. Tahun 1967 ketika presiden Soeharto mulai memimpin Indonesia dengan keadaan dan situasi negara yang mengalami hyper inflasi dan juga pertumbuhan perekonomian yang melambat.

Saat itu pula pemerintah Orde Baru mengkonsep Badan Perencanaan Nasional. Soeharto memilih Prof Widjojo Niti Sastro untuk berada di Bappenas dan menjadi panglima untuk urusan ekonomi dan mengkoordinasikan dengan kementerian terkait. Postur APBN pun di rancang untuk anggaran rutin yang di kelola Kementerian Keuangan, sedangkan anggaran pembangunan di olah oleh Bappenas.

Bappenas menjadi lembaga pemerintah yang power full dengan titik bidik sentralisasi segala kebijakan mulai tingkat tertinggi hingga tingkat yang paling rendah, semua kebijakan akan seragam dan ini memudahkan Bappenas untuk melakukan segala programnya. Namun itu tak bisa di lakukan kini oleh Bappenas karena iklim dan situasi politik sudah berbeda.

Sepuluh menit pertama Bambang Permadi Soemantri Brojonegoro terlihat steady dan bertenaga menjelaskan peran Bappenas selama masa Orde Baru hingga era reformasi kepada para blogger yang memadati lantai dua gedung Bappenas.

Bappenas Di Antara Iklim Keterbukaan Demokrasi Tanah Air

Salah satu berkah reformasi adalah dengan melakukan demokrasi secara langsung dalam pemilihan presiden dan juga kepala daerah,tantangan Bappenas di era keterbukaan demokrasi di tanah air adalah menyelaraskan program Bappenas di daerah daerah agar peraturan daerah satu visi dengan Bappenas tanpa juga menciderai janji kampanye yang di usung oleh kepala daerah saat pemilihan.

Era Orde Baru yang menerapkan Garis Garis Besar Haluan Negara dan bisa di terapkan dalam jangka panjang di kurun 25 tahun, namun di alam demokrasi pasca reformasi yang hanya membatasi pemerintahan dalam dua kali masa periode,  pemerintah terpilih harus mengatur perencanaan secara cermat dan cerdas agar pembangunan dapat di rasakan oleh rakyat dari Sabang hingga Merauke.

Strategi pertumbuhan ekonomi jangka panjang antara tahun 2005-2025 mempunyai arah pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan untuk ewujudkan secara nyata peningkatan kesejahteraan sekaligus mengurangi ketertinggalan dari bangsa bangsa lain yang lebih maju.

Grand strateginya adalah transforasi struktur ekonomi, memperkokoh keterkaitan antar daerah, peningkatan produktivitas nasional, peningkatan daya saing ekonomi nasional. Selain pertumbuhan ekonomi jangka panjang, peerintah pun memperhatikan pertumbuhan jangka menengah di kurun waktu 2015-2019 dengan arah stabilitas ekonomi terjaga di titikberatkan pada upaya untuk menjaga kepercayaan pasar dan menjaga daya beli.

Pertumbuhan jangka menengah juga diharapkan perekonomian di arahkan agar lebih mandirimendorong bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera. Namun selain itu pertumbuhan di topang oleh daya saing melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas. Pertumbuhan ekonomi juga di arahkan untuk tetap berkelanjutandengan pengelolaan sumber daya ala secara efisien, industrialisasi yang berkelanjutan yang secara keseluruhannya di sertai penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan.

Target di tahun 2017 yang beberapa bulan lagi kita hadapi bersama yaitu memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk meningkatkan  kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah. Hal ini di perkuat dengan tiga dimensi pembangunan yang mencakup dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan dan dimensi pemerataan dan kewilayahan.

Dimensi dimensi tersebut di harapkan meningkatkan indeks pembangunan manusia, mengurangi ketimpangan, mengurangi tingkat pengangguran terbuka sehingga apa yang di impikan seperti  yang semua kita harapkan sebagai bangsa yaitu kesejahteraan rakyat. Sebuah harapan yang sampai saat ini masih di damba oleh anak bangsa, semoga satu saat kesejahteraan bisa di rasakan oleh semua rakyat Indonesia.

Bappenas Mengurai Jebakan Kelas Menengah Bawah

Di usia kemerdekaan yang ke 71, bangsa ini di era tahun 70an pernah mencicipi kelas menengah bawah dengan booming minyak sebagai komoditi unggulan, bersiap menuju kelas menengah atas pada tahun 90an dengan hadirnya era industrialisasi dengan masuknya investor Jepang dan juga beberapa negara maju ke Indonesia, untuk tingkat ASEAN, iklim investasi di Indonesia termasuk nomor satu.

Namun petaka hadir di tahun 1998, iklim politik yang memanas dan disertai berbagai aksi huru hara dan mengakibatkan runtuhnya era presiden Soeharto menyebabkan mundurnya ekonomi Indonesia sebagai negara miskin. Petaka 1998 membawa Indonesia kembali seperti keadaan ekonomi di tahun 60an yang juga mengalami krisis ekonomi yang berawal dari krisis politik dari mundurnya presiden Soekarno.

Di tahun 50an, Indonesia segaris dengan Korea Selatan sebagai negara miskin, di tahun 70an saat Indonesia beranjak sebagai negara kelas menengah bawah, Korea Selatan sudah di atas Indonesia satu strip dengan label negara menengah atas. Laju Korea Selatan semakin tak terbendung hingga saat ini dan sekarang negara ginseng ini sudah menjadi negara maju bukan saja di Asia namun di tingkat dunia.

Jebakan kelas menengah bawah yang menjerat Indonesia menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Bappenas yang sekarang di bawah komando Bambang Permadi Soemantri Brojonegoro, mampukah Indonesia tercinta maju sebagai negera yang berada di level menengah atas. Dengan konsep Nawa Citra yang di usung presiden Jokowi,  salah satu point penting dari Nawa Citra itu sendiri yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor sektor ekonomi domestik.

Jabatan baru sebagai menteri PPN dan merangkap kepala Bappenas merupakan cita cita yang tercapai oleh Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Penulis melihat apa yang di paparkan pak menteri saat acara tokoh bicara, ada niatan kuat dari pak menteri agar Indonesia lepas dari bayang bayang negara yang selalu dalam jebakan kelas ekonomi bawah, sudah saatnya kepak garuda mampu mengangkat harkat agar negeri ini menuju era negara dengan status kelas menengah atas dan beberapa tahun kemudian menjadi negara maju seperti Korea Selatan, Jepang atau negara negara di Eropa.

Keistimewaan Blogger Untuk Mengetahui Isi Perut Bappenas Dari Tangan Pertama

Pak menteri Bambang diantara kepungan Blogger, tetap full senyum(dkopri)
Pak menteri Bambang diantara kepungan Blogger, tetap full senyum(dkopri)
Penulis membayangkan beberapa dekade silam, untuk menembus kantor pemerintahan setingkat menteri merupakan hal yang teramat sulit, birokrasi nan ketat dan sepertinya tak akan tersentuh oleh rakyat kebanyakan, namun era ke kinian yang dahulu terasa tabu seakan perlahan mulai sirna, sebagai blogger dan bukan siapa siapa, menghadiri acara tokoh bicara di sebuah kantor peerintahan memberikan kesan tersendiri.

Era kini menjumpai sosok menteri bisa dilakukan tanpa protokoler nan ketat, teringat kebali saat teman teman Kompasianer yang di undang ke istana, dahulu istana serasa sangat sakral dan tertutup, namun kini para blogger dapat mencicipi atmosfir istana, pun saat penulis bisa hadir di gedung Bappenas dan mendengarkan orang nomor satu di Bappenas memaparkan konsep pembangunan yang nantinya bermuara pada sejahteranya rakyat Indonesia.

Rancangan Kerja Pemerintah(RKP) pun di bahas salah satunya adalah isu tantangan pembangunan berupa daya serap tenaga kerja rendah dan juga kemiskinan turut melamabat. Beberapa jurus Bappenas pun di beberkan oleh pak menteri dan para blogger dapat menuliskan dan terpublikasikan nantinya yang memberi manfaat bagi masyarakat. Satu kehormatan bagi para blogger terutama blogger yang terdaftar di Kompasiana memiliki akses informasi dari tangan pertama di Bappenas.

Era Industrialisasi Dan Juga Industri Kreatif Yang Perlu Terus Di Kembangkan

Korea Selatan menjadi contoh negara yang mengembangkan industrialisasi secara berkesinambungan, dahulu merek merek keluaran negeri ginseng tak berbunyi di pasaran, semisal handphone siapa kenal dengan merek Samsung? Namun kini merek tersebut melejit dan menguasai pasar ponsel secara global dan menumbangkan raksasa ponsel dari daratan Eropa, untuk beberapa hal di bidang industri elektronik, Korea Selatan pun kini mulai menyalip ‘saudara tua’ Jepang. Keberhasilan Korea Selatan mungkin dapat di jadikan cermin bagi bangsa Indonesia untuk melahirkan produk industrialisasi berbasis aseli Indonesia, inilah yang menjadi sebuah tantangan ke depannya.

Yang perlu di kembangkan dan sangat mungkin bisa di raih adalah hasil dari industri kreatif, dahulu industri tekstil hanya memproduksi kain kain bercorak konvensional seperti warna hitam dan putih dan di produksi dalam jumlah besar. Namun kini konsep itu sudah mulai di tinggalkan, bagi industri kreatif, warna warni teksil adalah sebuah keniscayaan. Dalam pengembangan berikutnya adalah masuknya tekstil aneka warna menjadi desain yang menarik untuk busana, dan tentu saja di tangan orang orang kreatif, kain pun di sulap menjadi busana dengan nilai jual kompetititf.

Industri kreatif perlu di kembangkan dan terus di gencarkan kepada masyarakat di Indonesia, untuk saat ini pasar dunia memerlukan barang barang yang di hasilkan oleh industri kreatif, sentra sentra industri kreatif perlu diberikan perhatian khusus, bagai mana pun hasil industri kreatif mampu menggairahkan pasar nasional dan tentu menjadi komoditas yang menarik.

Mengikuti perbincangan dengan pak menteri Bambang semakin memperluas cara berpikir penulis, beruntung bisa berada di tempat spesial, seperti mimpi rasanya blogger kampung bisa bertemu dan mendengarkan pemaparan beliau tentang strategi Bappenas untuk membangun Indonesia menjadi negeri yang di segani dala percaturan dunia internasional. Tak terasa detik detik istimewa pun harus berakhir, namun pak menteri sangat ramah untuk sekedar ber swa photo dan di akhir acara ada sesi tanya jawab dan juga ada event live tweet.

Semoga bincang seru bersama pak menteri Bambang menjadi manfaat bagi penulis khususnya dan juga para blogger yang hadir, apa yang di sampaikan pak menteri bisa di terjemahkan oleh para blogger akan konsep Bappenas membangun bangsa juga di nikmati publik lewat tulisan di Kompasiana, sampai jumpa di acara tokoh bicara lainnya. Kompasiana memang paling oye untuk urusan seperti ini, maju terus Kompasianaku, Kompasiana Kamu dan Kompasiana kita semua, keren dan keren untu Tokoh Bicara bersama ketua Bappenas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun