Grand strateginya adalah transforasi struktur ekonomi, memperkokoh keterkaitan antar daerah, peningkatan produktivitas nasional, peningkatan daya saing ekonomi nasional. Selain pertumbuhan ekonomi jangka panjang, peerintah pun memperhatikan pertumbuhan jangka menengah di kurun waktu 2015-2019 dengan arah stabilitas ekonomi terjaga di titikberatkan pada upaya untuk menjaga kepercayaan pasar dan menjaga daya beli.
Pertumbuhan jangka menengah juga diharapkan perekonomian di arahkan agar lebih mandirimendorong bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera. Namun selain itu pertumbuhan di topang oleh daya saing melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas. Pertumbuhan ekonomi juga di arahkan untuk tetap berkelanjutandengan pengelolaan sumber daya ala secara efisien, industrialisasi yang berkelanjutan yang secara keseluruhannya di sertai penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Target di tahun 2017 yang beberapa bulan lagi kita hadapi bersama yaitu memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk meningkatkan  kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah. Hal ini di perkuat dengan tiga dimensi pembangunan yang mencakup dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan dan dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Dimensi dimensi tersebut di harapkan meningkatkan indeks pembangunan manusia, mengurangi ketimpangan, mengurangi tingkat pengangguran terbuka sehingga apa yang di impikan seperti  yang semua kita harapkan sebagai bangsa yaitu kesejahteraan rakyat. Sebuah harapan yang sampai saat ini masih di damba oleh anak bangsa, semoga satu saat kesejahteraan bisa di rasakan oleh semua rakyat Indonesia.
Bappenas Mengurai Jebakan Kelas Menengah Bawah
Di usia kemerdekaan yang ke 71, bangsa ini di era tahun 70an pernah mencicipi kelas menengah bawah dengan booming minyak sebagai komoditi unggulan, bersiap menuju kelas menengah atas pada tahun 90an dengan hadirnya era industrialisasi dengan masuknya investor Jepang dan juga beberapa negara maju ke Indonesia, untuk tingkat ASEAN, iklim investasi di Indonesia termasuk nomor satu.
Namun petaka hadir di tahun 1998, iklim politik yang memanas dan disertai berbagai aksi huru hara dan mengakibatkan runtuhnya era presiden Soeharto menyebabkan mundurnya ekonomi Indonesia sebagai negara miskin. Petaka 1998 membawa Indonesia kembali seperti keadaan ekonomi di tahun 60an yang juga mengalami krisis ekonomi yang berawal dari krisis politik dari mundurnya presiden Soekarno.
Di tahun 50an, Indonesia segaris dengan Korea Selatan sebagai negara miskin, di tahun 70an saat Indonesia beranjak sebagai negara kelas menengah bawah, Korea Selatan sudah di atas Indonesia satu strip dengan label negara menengah atas. Laju Korea Selatan semakin tak terbendung hingga saat ini dan sekarang negara ginseng ini sudah menjadi negara maju bukan saja di Asia namun di tingkat dunia.
Jebakan kelas menengah bawah yang menjerat Indonesia menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Bappenas yang sekarang di bawah komando Bambang Permadi Soemantri Brojonegoro, mampukah Indonesia tercinta maju sebagai negera yang berada di level menengah atas. Dengan konsep Nawa Citra yang di usung presiden Jokowi, Â salah satu point penting dari Nawa Citra itu sendiri yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor sektor ekonomi domestik.
Jabatan baru sebagai menteri PPN dan merangkap kepala Bappenas merupakan cita cita yang tercapai oleh Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Penulis melihat apa yang di paparkan pak menteri saat acara tokoh bicara, ada niatan kuat dari pak menteri agar Indonesia lepas dari bayang bayang negara yang selalu dalam jebakan kelas ekonomi bawah, sudah saatnya kepak garuda mampu mengangkat harkat agar negeri ini menuju era negara dengan status kelas menengah atas dan beberapa tahun kemudian menjadi negara maju seperti Korea Selatan, Jepang atau negara negara di Eropa.
Keistimewaan Blogger Untuk Mengetahui Isi Perut Bappenas Dari Tangan Pertama