[caption id="attachment_335205" align="aligncenter" width="300" caption="Sampai juga ke gedung bersejarah ini(dok pribadi)"][/caption]
Tujuan wisata di Kabupaten Kuningan memang beragam,mulai dari wisata alam seperti pemandian Cibulan,wisata Talaga Remis di Pasawahan,pemandian air panas di Sangkan Hurip,hutan wisata,ada juga tempat wisata bersejarah,ya tempat itu bernama Gedung Naskah Perjanjian Linggarjati,sebuah bangunan cagar budaya,dimana di tempat tersebut pernah dijadikan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Belanda.
Objek wisata inilah yang saya tuju saat menikmati libur Ramadhan dan Lebaran bulan ini,sebuah tempat wisata yang mengajarkan sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan keutuhan NKRI,untuk mencapai lokasi,sanat mudah sekali,jika Kompasianer dari arah Kota Cirebon,maka naiklah mobil jenis elf dan turun di kota Cilimus lalu sambung dengan angkot jurusan Linggarjati. Untuk karcis masuk hanya dikenakan biaya 2000 rupiah perorang,maka kita pun dapat menjelajah ruang demi ruang dimana perundingan terjadi.
[caption id="attachment_335206" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang utama,dimana perundingan dilakukan(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335207" align="aligncenter" width="300" caption="Maket suasana perundingan Linggarjati(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335211" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan dimana Presiden Soekarno bertemu dengan Lord Killearn(dok pribadi)"]
Perjanjian Linggardjati sendiri dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946,dan ditandatangani di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1947,mencakup 17 pasal,dan satu pasal penutup,inti dari perjanjian itu adalah:
1.Belanda mengakui the facto wilyah RI meliputi Jawa,Sumatera dan Madura
2.Belanda harus meninggalkan RI paling lambat 1 Januari 1949
3.Pihak Belanda dan RI sepakat membentuk Republik Indonesia Serikat
4.RIS harus bergabung sebagai wilayah persemakmuran,dan negeri Belanda sebagai kepala uni.
Secara kesepakatan memang Republik Indonesia dirugikan dengan perjanjian ini,namun pada akhirnya Belanda melanggar isi perjanjian ini dan tak mau mengakuinya,hingga akhirnya terjadi agresi militer Belanda I yang dimulai pada tanggal 21 Juli 1947.
Walau Indonesia masih belia saat itu,ternyata kita memiliki ahli diplomatik sekaliber Sutan Syahrir,dengan didampingi anggota Mr Soetanto Tirtoprodjo,DR A.K.Gani dan Mr Moehammad Roem,mereka berhadapan dengan delegasi Belanda yang dipimpin oleh Prof.Mr Shermerhorn dengan anggota DR Van Mook,Mr Van Pool dan Dr F.De Boer,sedangkan mediator perundingan adalah dari negeri Inggris bernama Lord Killearn.
Gedung perjanjian Linggarjati ini terasa sejuk sekali,ini sangat wajar karena letak gedung ini sangat dekat dengan gunung Ciremai.
[caption id="attachment_335213" align="aligncenter" width="300" caption="Lanskap halaman gedung perjanjian(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335214" align="aligncenter" width="300" caption="Kamar tidur delegasi Belanda(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335215" align="aligncenter" width="300" caption="Kamar tidur ketua delegasi Belanda,Mr Schermerhorn(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335216" align="aligncenter" width="300" caption="Photo bersama para perunding perjanjian Linggarjati(dok pribadi)"]
[caption id="attachment_335217" align="aligncenter" width="300" caption="Poto para jurnalis asing yang meliput perjanjian(dok pribadi)"]
Berkeliling di gedung perjanjian Linggarjati seolah memutar rekam jejak para perunding yang pernah dimiliki Indonesia,untuk menegakan kemerdekaan,ternyata dibutuhkan tenaga serta pikiran yang begitu berat, inilah kepingan sejarah bangsa Indonesia,ada jalan saatnya diplomasi dan ada jalan saatnya berperang,sejarah telah ditorehkan oleh para founding father,beruntung saya bisa mampir ke gedung bersejarah ini.
Menurut penjaga gedung perjanjian ini,setiap bulan rata rata pengunjung sekitar 4000 orang,dan jika memasuki bulan Juni-Juli atau musim liburan anak sekolah,kunjungan bisa melonjak ke angka 10000 orang.Sungguh ini adalah pengalaman luar biasa,dan saya melaporkan spesial untuk Kompasianer tercinta,salam damai Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H