Mohon tunggu...
Topeng
Topeng Mohon Tunggu... -

Seorang Pria Bertopeng, suka berteman dan cinta damai....\r\nsalam tertawa bahagia ... hahahahahahahahahahahahahahaha...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Topeng Koruptor

19 Januari 2012   18:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini hari yang ke tujuh. Kejadian yang sama kembali terulang.


#2
Sabtu sore. Ia sudah berada di ruang tamu sebuah rumah di kompleks pesantren. "Pondok Pesantren Sableng" namanya. Sayup-sayup suara anak-anak mengaji terus terdengar.

Kebingungan tampak masih membekas pada raut wajahnya. Ia terus duduk terpaku. Lebih banyak mendengar. Hanya sesekali saja ia berkata. Hingga.... tanda tanya mulai terbuka.

"Kewajibanku sebagai ayah dan suami... telah aku penuhi semuanya.. Pak Kyai...." ucapnya dengan suara lirih.
"Belum............" sela Kyai.
"Ah.....Saya tidak mengerti Pak Kyai..."
"Engkau belum bisa membuat anak dan istrimu membanggakanmu...."
"Maksudnya.. Pak Kyai?"
"Berhari-hari wajahmu ada di TV dan koran-koran...... "
"Itukah yang engkau banggakan?"
"Topengmu sudah terkuak, Nak....... "
"Semua telah melihatnya..... "
"Engkau sudah hampir telanjang bulat, Nak...
"Nyaris... tanpa kebanggaan..."

Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sambil menengadah.

"Ya Allah..... apa yang terjadi?" keluhnya.
"Engkau selalu sebut nama Tuhan.... namun hati dan perbuatanmu laksana setan....." timpal sang Kyai.

"Papah jahat... Papah jahat... Papah jahat....!" teriakan suara balita tiba-tiba terdengar dari balik kamar sang Kyai.
"Ade..... kenapa ada di sini?" tanya ayah.
"Ade enggak mau....punya ayah bertopeng....." kata sang anak sambil menunjuk-nunjuk ayahnya sendiri.
Si anak berjingkrak-jingkrak, sambil terus berteriak.
"TOPENG KORUPTOR!"
"TOPENG KORUPTOR!"
"TOPENG KORUPTOR!

"Hmmm.... Hanya hati yang polos dan bersih... yang dapat menolak korupsi...." ucap Kyai Gendheng seraya menunjuk ke arah sang anak.

#3
Dari luar pintu seseorang tergopoh-gopoh masuk ruangan. Ada kecemasan yang sangat mendalam.

"Ampun Kyai... Ampuun Kyai....!"
"Ampun apaan Peng?"
"Ampun Kyai... Ampuun Kyai....!"
"Iya..... tuh kamu ampuun apaan tahuuu...?"
"Saya tidak pernah korupsi Kyai....
"Apa, Peng?"
"Iya.... saya tidak pernah membuka apa-apa tentang diri saya... apalagi korupsi.. Kyai..." ucapnya memelas... bercampur takut..

"Hahahahahahahahahaha.... Peng... Peng... Apanya yang mau dikorupsi? Apa urusannya dengan kamu, Peng ?! Mau topengmu dibuka atau tidak. Tetaplah kamu si Topeng! Gak ngaruh tauuu... hahahahahahahahaha...."
"Peng.. peng... bodoh kok kamu terus pelihara... hahahahahahahahahaha......."
"Jadi.. Kyai?"
"Tuh...TOPENG PARA POLITISI tauuuuu.....! Hahahahahahahaha......"
"Alhamdulillah......."

Si Topeng pun turut tertawa. Hahahahahahahahahahahahahaha......***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun