Beberapa nama yang pernah menjadi Ketua Penyunting VOX dulu antara lain Dr. Ignas Kleden, Pater Dr. Cosmas Fernandez, SVD, Pater Dr. Leo Kleden, SVD, Pater Hendrik Daros. SVD, Pater Dr. John Dami Mukese, SVD (alm), Pater Dr. Philipus Tule, SVD, Pater Dr. Lukas Djua, SVD, Pater Dr. Edu Dosi, SVD, Drs. Marianus Kleden, M.Si, Pater Hubert Thomas Hasulie, SVD, dan sejumlah banyak nama lain lagi.
Perlu Dukungan
Tahun ini, tepatnya 8 September 2019, STFK Ledalero menjejak usia emas. Sementara Ledalero sebagai seminari tinggi sudah menginjak usia 87 tahun. Â Dalam rentang waktu yang panjang itu baik Ledalero sebagai seminari tinggi maupun Ledalero sebagai sekolah tinggi, sudah memberi warna sangat jelas dan khas di bumi Nusa Tenggara (Timur), Indonesia dan dunia. Tegasnya, Ledalero telah hadir dalam diri sosok lulusannya di dalam tata dunia yang semakin maju dan berkembang ini.Â
Dalam sejarah tualangnya yang panjang itu, Ledalero sudah memberi andil besar dengan ikut menginvestasikan sumber daya manusia hebat, baik untuk kebutuhan pastoral di internal Gereja Katolik, juga memberi tenaga-tenaga awam  yang tangguh di sejumlah medan bakti non pastoral.Â
Kehadiran para lulusannya, baik tenaga imam/pastor yang bekerja di medan pastoral di  lima benua maupun tenaga awam yang berkiprah di beragam medan bakti adalah sumbangan nyata dari Ledalero.
Dengan tanggung jawab, peran dan dharma bakti seperti ini, seharusnya Ledalero perlu didukung dan disokong semua pihak, baik umat, juga dan terutama pemerintah di daerah ini.  Beberapa puluh tahun lalu, umat di Nusa Tenggara dan gereja di Indonesia lebih banyak menerima tenaga  pastoral dari luar negeri.  Wajah Nusa Tenggara (Timur) saat ini tak terbayangkan tanpa kehadiran  tenaga-tenaga pastoral dari Barat, dari Eropa tempo dulu.
Sekarang sudah terjadi arus balik. Gereja Indonesia, gereja di Nusa Tenggara sekarang justru dipanggil untuk mengirim tenaga ke luar negeri, ke lima benua. Ledalero sudah mengambil peran itu dengan mengirim sekitar 500 lulusannya bekerja sebagai misionaris di lima benua.
Maka sekarang umat di wilayah ini perlu ikut bertanggung jawab atas kehadiran Ledalero di bumi Nusa Tenggara. Tanggung jawab itu bisa mewujud dalam rasa memiliki Ledalero. Begitu juga pemerintah di Nusa  Tenggara Timur.Â
Jika Ledalero telah hadir di daerah ini sebelun negeri ini merengkuh kemerdekaannya, maka kehadiran itu tak lain wujud tanggung jawab gereja  membantu pemerintah menyiapkan sumber daya manusia yang hebat di, dari dan untuk daerah ini, untuk Indonesia dan untuk dunia.
Tidak salah saatnya sekarang semua kita, umat dan juga pemerintah, menyatakan rasa terima kasih dengan terus mendukung dan membesarkan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. (*)
Wartawan, lulusan STFK Ledalero 1994, Â Ketua Penyunting VOX 1993-1994